Itulah sejatinya seorang yang pancasilais. Dia yang menghargai keyakinan kepercayaan setiap orang, dia yang tidak menghina atau menurunkan derajat seseorang hanya karena perbedaan kelas, dia yang merasa senasib dan sepenanggungan dengan masyarakat yang tertindas, dia yang menghargai setiap pendapat seseorang dengan cara merumuskan secara bersama-sama apa yang baik di negeri ini, dan dia yang selalu bertindak adil, dan menegakkan keadilan, tanpa memandang bulu.
Anda begitu? Jika sudah, saya yakin akan lolos TWK.
Kedua, persoalan ekonomi.Â
Program pemerintah, utamanya yang berkaitan dengan ideologisasi pancasila kepada masyarakat, sejatinya menarik juga. Meski ini sudah diemban sejak dari sekolah dasar.
Namun, sampai sekarang yang diulang-ulang tentang pancasila hanyalah persoalan menerima pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, atau NKRI harga mati.
Tidak salah juga.
Namun selayaknya sebuah filsafat politik, ideologi itu untuk kebaikan seluruh warga negara. Untuk keadilan dan kesejahteraan. Pada akhirnya persoalan ekonomi.
Seringkah kalian mendengar program ideologisasi pancasila, atau seminar-seminar kebangsaan, yang berkaitan dengan bagaimana mendorong seluruh warga negara aman dalam ekonomi? Sejahtera? Saya rasa kurang. Mungkin tidak.
Inilah pekerjaan rumahnya.
Soal terorisme. Kita mungkin bisa menghapus terorisme tapi belum tentu bisa menghapus kemiskinan. Tapi jika kita bisa menghapus kemiskinan bisa saja terorisme itu hilang.
Ke depannya, sebagai refleksi, bisa tidak kita membicarakan pancasila tidak hanya sekadar refleksi dari sejarah Nusantara? Seolah pancasila tidak berurusan dengan kesejahteraan umat, hanya berurusan dengan proyek penerimaan pancasila sebagai ideologi negara.