Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Sobat Ambyar", Bagaimana Musik Membuatmu Lebih Rapuh

15 Februari 2021   15:29 Diperbarui: 4 April 2021   14:03 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu dialog dalam film Sobat Ambyar (kincir.com)

Baginya, "kehendak" (der wille) kita yang membuat manusia hanya bisa terus berharap tanpa kita tahu bahwa harapan itu tak akan pernah terpenuhi, bahwa hidup dengan suatu kehendak adalah kesia-siaan. Kehendaklah yang menjadikan manusia selalu di ambang kehancuran.

Bagaimana menghilangkan kehendak itu? Musik adalah adalah salah satunya. Apa yang disebutnya sebagai suatu jalan estetis.

Tapi apakah kehendak itu akan hilang seluruhnya? Tidak juga. Sekalipun mungkin Anda mendengarkan lagu seharian tanpa bosan, kehendak itu akan timbul kembali.

Maksudnya, musik hanyalah suatu alternatif menunda kehendak kita, suatu kesementaraan--tapi musik yang dimaksud oleh Schopenhauer bukanlah musik yang kita pahami sekarang, dengan bunga-bunga katanya.

Jika musik adalah yang kita pahami sekarang justru musik tidak menghilangkan kehendak, malah menambah kehendak kita untuk terus memilikinya, terus meratapi kepergiannya bersama kenangan yang melekat sampai di tempat duduk ruang tamu.

Dengan kata lain, musik membikin Anda tenggelam di lautan harapan dan keputusasaan sambil melupakan dirimu yang gagah berani, Sobat.

Ada juga jalan etis, yaitu menghilangkan sesuatu yang menyebabkan kehendak itu hadir, yaitu tubuh sebagai satu sebab kehendak. Atau dengan kata lain, memusnahkan kehendak untuk hidup. Karena kehidupan tubuh bersama kehendaknya yang membuat kita menjadi manusia paling hina yang hari-hari hanya bisa terus meratapi kepedihan hidup, terus menjadi manusia rapuh tak berdaya dan terus diolok-olok oleh kenyataan.

Jadi Sobat, kira-kira menurut Schopenhauer mati saja Engkau supaya dirimu tidak melulu menjalani kutukan hidup yang sia-sia ini; suatu kutukan hidup sengsara. Dengan kata lain, lenyaplah dari muka bumi ini.

Ngeri? Jangan takut, Schopenhauer akhirnya memberi kesimpulan bahwa kehendak untuk mati juga merupakan suatu "kehendak".

Jadi, baik kehendak untuk mati dan kehendak untuk hidup sama-sama sebuah kehendak, kehendak yang membuat kita sengsara.

Terus bagaimana? Yasudah, dijogetin aja; menikmati kenyataan yang telah lain sambil mengolok-oloknya, tidak mengolok dirimu yang gagah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun