Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Work From Home? Adalah Pekerjaan Rumah

23 April 2020   09:06 Diperbarui: 23 April 2020   10:00 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Work From Home (WFH). Orang menyebutnya demikian untuk menggambarkan situasi kerja yang sekarang kian berkembang dan lagi diupayakan: bekerja dari rumah dengan fasilitas teknologi empat-titik-nol. Ruangan kerja bukan lagi di balik bilik-bilik segi empat atau membutuhkan tenaga yang cukup besar. 

Iya, teknologi adalah kunci.

Sampai di sini ada yang tidak bisa memanfaatkan anak kandung teknologi, misalnya gawai? 

Tidak juga sungguh keterlaluan. Beberapa tetangga saya tidak menggunakannya karena memang tidak mampu beli, dan juga tidak "bermakna" apa-apa bagi mereka. Tapi jika Anda yang lahir belakangan terus tidak bisa memanfaatkan teknologi, sungguh ter-la-lu...

Katanya milenial sangat dekat dengan kategori kerja ini. Ada buku yang sederhana menjelaskan itu, Millennials Kill Everything. 

"Tapi apakah memang benar semua kerja bisa dari rumah?"

Iya, kecuali hutan dan laut ada di rumah baru bisa bekerja di rumah.

"Tapi, kan memang bisa dari rumah dengan cara algoritma @><#$&%*!]xxx blablabla. Semua dari rumah; perahu yang digerakan dari rumah untuk menangkap ikan, alat untuk panen pisang di kebun. Bisa dari rumah, dan itu masuk akal."

Dan saya pusing membayangkan saat-saat itu. 

Kalau begitu, jangankan kerja yang di luar rumah, kerja-kerja dalam rumahpun bisa di automatisasi; makan tinggal tunggu di atas ranjang, plus disuapin oleh robot, ngeladenin perbantahan di facebook tinggal diucapkan, atau ganti gorden rumah pas dekat lebaran dikerjakan robot. Terus kita ngapain?

"Tenang, kita buka bengkel saja." 

Itu juga bisa di automatisasi, bodohhh...

Belum saya membayangkan petani yang tiba-tiba dipaksakan untuk kerja dari rumah. Sapi tidak lagi punya nilai-guna dalam kerja-kerja sosial, misalnya membajak sawah atau mengangkat pasir dari pantai untuk membangun rumah. Si petani tinggal aktifkan wifi, terus gerakan dari rumah robotnya untuk membajak sawah.

Eh, tapi, jika demikian, bukanya lebih efisien lagi si tuan kebun membeli alat itu dan mengerjakannya sendiri? Kan lebih efektif dan efisien?  Pertama, jika dia menggunakan buruh upah harian tidak lagi repot antar kopi dan gorengan di sawah dan berbincang-bincang lama yang memakan jam kerja -- memang dasar kamu tidak mau bergaul. 

Kedua, jika pakai robot yang dikontrol dari rumah, yang dibeli sendiri, tidak lagi kotor kakinya kena lumpur, atau kakinya sobek karena rumput liar dan konsekuensinya infeksi. Kesimpulannya WFH untuk mengerjakan sawah lebih menguntungkan.

Tanya teman saya, "terus bapak saya ngapain?" Ya kerja.

Sekarang sulit untuk WFH, dan memang tidak bisa karena bagaimanapun kerja itu adalah pencurahan tenaga kerja langsung (kerja manual/fisik). Mau bagaimanapun pemerintah mengupayakan agar WFH tetap sulit karena kerja di sawah itu tidak bisa selesai jika dari rumah. Syarat untuk panen padi harus ada yang menanam padi. Yang menanam itu pastilah orang yang turun langsung di sawah. Tidak menghayal dari rumah. 

Setidaknya saya berangkat dari situasi spesifik seperti sekarang ini dengan segala keterbatasan.

Jika ke luar rumah untuk kerja akan mati karena tertular virus, jika tidak ke luar rumah juga mati karena tidak bekerja dan konsekuensi logisnya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Memang sama-sama terlalu menyederhanakan, namun demikian kesimpulan akhirnya.

"Terus bagaimana, Bro?" Syarat orang kerja itu dia harus sehat. Syarat orang sehat harus makan, untuk makan tentunya dia harus bekerja, dan seterusnya. Sama: syarat dia sehat dia tidak punya penyakit, misalnya mengandung corona. Kalau dia penyakitan tentunya tidak bisa kerja. Meskipun setidaknya dia bisa makan. Tapi kalau dia tidak bekerja dia tidak bisa makan.

"Terus pilihannya harus tetap bekerja biar nantinya sama-sama bisa makan sekalipun terkena corona?" Kalau semua demikian, habis spesies manusia.

"Ehh, bukannya bagus kalau habis spesies kita? Kan tidak ada lagi ketidak-adilan? Tidak ada lagi yang teriak-teriak kepada polisi yang main hakim sendiri? Tidak ada lagi yang akan merasakan patah hati? Atau sakit gigi? Atau tidak ada lagi yang teriak NKRI dan anti-pancasila? Syarat dari semua itu kan ada manusia. Tidak mungkin ketidak-adilan bisa lepas dari manusia. Mana ada selama ini protes dari binatang kepada binatang yang lain karena ketidak-adilan."

Tunggu dulu. Saya mesti cari dalil selain dalil rasisme: ras saya harus tetap dipertahankan.

"Dan itu artinya rasisme akan selalu ada?" Iya, kecuali kamu memang tidak takut terkena corona dan mulai membangun kedekatan dengan corona sebagai bentuk anti-rasis.

Selain itu, sulit mengklasifikasikan WFH, dalam artian, jika benar terjadi produksi besar dikendalikan dari rumah, disebut apa jenis kerjanya. 

Dalam Fordisme dan pasca-Fordisme ini menuai perbantahan yang cukup panjang. Fordisme dicirikan dengan distingsi antara kerja intelektual (manejer yang mengontrol langsung) serta kerja manual/material (pekerja di pabrik besar dengan produksi massal). Di sini definisi dari pemilik/kapitalis menjadi kabur karena adanya si manejer. 

Pada pasca-Fordisme dicirikan dengan 'kerja imaterial' (lavoro immateriale) atau 'proletariat intelektual' atau disebut juga sebagai 'kognitariat'. Basis kerjanya di rumah masing-masing (misalnya desainer, juru pemasaran, dan sejenisnya). Poin pentingnya adalah menciptakan makna-makna. Dasarnya: informasi/makna adalah komoditas. Inilah bentuk kerja imaterial.

Terus, jika nantinya pekerja pabrik bisa menciptakan produksi besar-besaran dari rumah, dan repetitif, disebut apa kerja itu? 

Maksudnya begini...

"Jangan terlalu memutar-melingkar. Langsung saja, Bro." 

Iya, sabar.

Kerja-kerja tertentu adalah pencurahan tenaga kerja langsung. WFH itu hanyalah jenis kerja-kerja tertentu. Jenis kerja lain tetaplah work from work.

"Owh, terus?"

Bekerja saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun