Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Transcendence", Cinta Robot

13 Juli 2019   17:36 Diperbarui: 13 Juli 2019   17:45 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.washingtonpost.com 

Yuval Noah Harari dalam Homo Deus menjelaskan  bahwa, "pada abad 21, manusia kemungkinan akan melakukan upaya serius menuju imortalitas." Atau menjadi tuhan (dengan "t"). Persoalan bertahan hidup memang merupakan pendorong setiap perubahan. Materialitas tubuh sebagai prasyarat.

Dalam sekejap, teror dari Revolutionary Independence From Tecnology (R.I.F.T.) merespon seperti kecepatan internet. Dr. Will tertembak dengan peluru beracun dan divonis oleh dokter hanya mampu bertahan selama beberapa minggu. Bagi mereka, R.I.F.T., "kecerdasan buatan adalah kekejian tak lazim dan ancaman bagi kemanusiaan."

Oleh cinta, apapun menjadi mungkin. Tidak mau ditinggalkan oleh Will, Evelyn mencoba mengunggah kesadaran Will pada komputer agar terus dapat berkomunikasi. Alhasil, kesadarannya dapat diunggah dan dihubungkan ke internet.

Bisa anda bayangkan, orang secerdas Dr. Will satu kesadaran dengan internet. Hasilnya adalah tak-terbatas; menyembuhkan orang buta, mampu menggendalikan alam dan membuat benda apapun dengan nanoteknologi. Dr. Will juga bisa menjadi siapa saja yang pernah terhubung dengannya. Ini merupakan ketakutan oleh orang-orang terdekatnya.

Max adalah orang yang menyadari dengan nada negatif akan kemajuan teknologi yang akan datang. Mesin baginya hanya untuk membantu manusia, bukan menggantikan manusia.

Jika saya bisa mewakili pertanyaan dari teroris dan FBI: bagaimana nantinya masa depan manusia? bagaimana nasib pekerja yang setiap waktu kerjanya digantikan oleh robot?

Banyak yang beranggapan bahwa perkembangan teknologi bisa mengantikan seluruh jenis kerja manusia meskipun waktunya relatif panjang. Melihat kenyataan di pertokoan pemilik kapital, kerja manusia memang mulai berkurang. Misalnya dengan memperbanyak CCTV dengan otomatis pengurangan kerja-upahan manusia.

Namun saya masi berpikir: bagaimanapun kecanggihan teknologi, di situ selalu ada jenis kerja manusia yang dicurahkan untuk menghasilkan teknologi tersebut. Manusia yang selalu memiliki dimensi kesadaran kolektif dengan manusia. Sebut saja, sekelas pemilik perusahan Microsoft pasti punya kesadaran untuk memonopoli pasar dengan kapitalis yang sama pengaruhnya.

Namun, bukannya bagus jika semua kerja manusia digantikan oleh robot? Tapi tidak semudah itu. Kelas pekerja harus merebut agenda otomasi ini.

Tapi, di sini saya tidak bermaksud untuk memperdalam agenda otomasi kelas pekerja.

Di sini saya akan menyoroti akhir dari film ini. Akhir yang menggambarkan bagaimana cinta bisa membunuh ambisi dan juga perkawanan dengan Max menjadi pemantik  berakhirnya kejayaan kecerdasan buatan Dr. Will.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun