”Saya ragu... Mba akan menerima cerita saya ini.”
”Mba Ayin. Setiap cerita pasti ada ibrohnya.” tambahnya ”Ibroh adalah pelajaran hidup yang dapat kita ambil Mba. Sebagai seorang teman, tentunya saya senang bisa berbagi pengalaman.”
Akhirnya aku menceritakan kelamnya hidupku. Tentang aku yang telah kehilangan kesucian yang mungkin baginya adalah harga mati untuk masuk surga. Tentang aku yang tak lagi punyai keluarga. Tentang aku yang tak pernah tahu apa itu agama. Tentang aku yang selalu alami kehampaan jiwa dibalik goda tawaku.
Seluruh ceritaku telah didengarnya.
Perlahan kucoba pandangi matanya pada celah kain cadar itu. Ternyata... dari mata indah itu aku tahu, dia tersenyum! Malah dia pegangi tanganku dengan erat!
”Mba Ayin...setiap manusia pasti pernah memiliki dosa.” katanya, sambil mendekat ke arahku, ”Nah, ajaibnya, Alloh itu Maha Pengampun dosa loh. Kalau kita benar-benar bertaubat, mengakui kesalahan dan berjanji akan menjaga diri dari perbuatan itu lagi, maka Alloh pasti akan memenuhi janji dengan kebahagiaan jiwa,”
Kata-katanya ini benar-benar menggetarkan kalbuku. Tak kuasa lagi kubendung derai tangis ini.
”Mbak Ayin...” ia peluk erat-erat diriku! Terasa sejuk dalam rengkuhannya itu.
”Ayuk kita masuk.” tambahnya, ”Kita belajar agar bisa raih cinta Alloh,”
”Saya merasa tidak pantas Mba Suci. Saya penuh noda,”
”Saya ajari bersuci yuk, insyaAlloh amalan kita akan diterimanya.”