Mohon tunggu...
Alkindus
Alkindus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - wargabuana (cosmopolitan)

∀x (x ∈ ∅ ⇔ x ≠ x)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membaca Epistemologi Barat (Kant-Frege) melalui Dalil Burhan dalam Ilmu Mantiq

30 November 2024   09:08 Diperbarui: 2 Desember 2024   16:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Justified True Believe (Sumber: https://www.learnreligions.com/what-is-epistemology-250526)

d. “setiap akibat butuh kepada sebab” [Idhâfah: al-‘Illiyyah (syarthiyyah: al-‘illah wa al-ma‘lûl)],

e. “Keberadaan tidak mungkin berasal dari ketiadaan”, “sesuatu adalah dirinya sendiri” [Dzâtiyyah: al-wujûd wa al-‘adam],

f. “segala sesuatu yang baharu ada yang mengadakan” [Jihah: al-wujûb, al-imkân, al-imtinâ‘]

Putusan pada permisalan yang pertama (Kammiyah), kedua (Kayfiyyah), dan keenam (Muwajjahât) termasuk ke dalam konsepsi sekunder logika (Ma‘qûl al-Tsâny Manthiqî) sementara putusan pada permisalan yang ketiga (al-Mâhiyyah), keempat (al-‘Illiyyah), dan kelima (al-Dzâtiyyah) termasuk ke dalam konsepsi sekunder filsafat (Ma‘qûl al-Tsâny Falsafî). Keduanya merupakan konsepsi yang terjadi pada mental dan bersumber dari mental itu sendiri (a priori). 

Dalam epistemologi Kantian, kita dapat memandang bahwa putusan awwalî dalam ilmu Mantiq ini termasuk ke dalam putusan sintetik a priori yang sering digunakan fisikawan dan matematikawan dalam membicarakan keilmuannya. Oleh karena itu putusan apriori (awwalî) ini dapat menentukan status keilmiahan dari metafisika sebagai filsafat pertama (al-falsafah al-ûla’). Demikianlah dalam epistemologi Barat (Kant-Frege), baik kategori (al-Ma‘qûlât) yang dalam epistemologi Islam (masysyâ’î) hanya terdiri dari substansi (jawhar) dan aksidensi (‘aradh), maupun modalitas (al-Muwajjahât) yang terdiri dari keniscayaan (al-wujûb), kemungkinan (al-imkân), dan kemustahilan (al-imtinâ‘), keduanya tidak dibedakan kedudukannya sebagai kategori intelek (verstand) atau yang dalam epistemologi Islam dapat disebut sebagai konsepsi sekunder (al-ma‘qûl al-tsâny), baik yang falsafî (kemungkinan, kebaharuan, kausalitas, tunggal, jamak) maupun yang manthiqî (tashawwur, tashdîq, universal, partikular, singular).

2. Al-Fithriyyât (الفطريات): putusan-putusan yang referensinya dipastikan kebenarannya oleh akal melalui sebuah silogisme tersembunyi (qiyâs khâfy) yang hadir dalam putusan itu sendiri, “seperti empat adalah bilangan genap” atau “segitiga adalah bangun datar yang mengandung tiga sudut”. Silogisme tersembunyi (qiyâs khâfy) itu sendiri dimungkinkan oleh putusan awwalî yang menghadirkan penalaran pada putusan fithrî dalam memastikan referensinya. Karena itu meskipun putusan fithrî merupakan putusan yang jelas dengan sendirinya, namun ia diketahui melalui perantara berupa silogisme.

Contoh 1: “empat” dan “bilangan genap”

Pm) “Empat” dapat “dibagi kepada dua bagian yang sama”

PM) Setiap “bilangan yang dapat dibagi kepada dua bagian yang sama” adalah “bilangan genap”

K) Oleh karena itu, “Empat” adalah “bilangan genap”

Contoh 2: “segitiga” dan “tiga sudut”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun