Mohon tunggu...
Fiyanda
Fiyanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alamat Manggeng_Abdiya-Provinsi Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Simalakama Nur Hayat

18 Oktober 2023   17:18 Diperbarui: 18 Oktober 2023   17:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah...sudah kang..."ucap ratna gadis cantik berselendang putih, yang tersimpuh duduk diantara kaki seorang pria yang hendak melangkah cepat kesuatu tempat. Wanita 24 tahun itu terdengar menangis dicelah kemarahan orang-orang diluar kamarnya. Dia tak tau harus menjelaskan bagaimana dengan masalah yang menimpanya. "Dasar biadap"ketus lelaki itu penuh kemarahan dengan kris dipinggan yang seakan sigap menerkam musuh dihadapannya"sudah kang,biarkan soja uda handam" keluh ratna penuh isakan "apa kau cakap"dengan tegas menatap sang adik yang penuhi air mata "kau telah dibutakan oleh cinta ratna, seperti pria bodoh tu yang telah digelapka oleh rayuan wanita balesik " jelasnya. "ndak kang, ndak..."ucapnya tak terima "awak tau mas handam masih mencintai ratna"lanjut ratna meyakinkan. "mencintai kata kau, kau tak tengok apo yang telah diperbuat padamu, pada basanak kito, pada abah dan ummi, dimana ditarok muka mereka ratna" jelas lelaki itu "kau seharusnya pikir tu" lanjutnya "ndak..ndak... kang ..ndak, semua nih bukan salah uda handam... akang tau itu sendiri"cetusnya dengan nada menyakini 

"Sialan!"

"Iblis!" 

"Seharusnya, sedari dulu awak tak lepaskan makluk jananm itu" 

~****~

Flashback

''Ha...ha....ha.."terdengar suara tawa dari serombogan pria jalang yang memenuhi kedai mak dayah. Entah apa yang diperbuat pria itu, ditempat sepi yang jauh dari perdesaan. Mereka terlihat riang dengan minuman haram dan permainan kartu yang ditemani oleh seorang gadis cantik berkebaya putih, sosok yang terkenal diseantoro kota. Hanya karena itu, para lelaki buaya tersebut berbondong-bondong meramaikan kedai kumuh mak dayah yang pemiliknya pun tak menampakkan batang hidung. Meski mereka tau kabar burung, akan sosok gadis perawan bernama Nur hayat yang  kabar gelapnya mungkin akan membuat orang waras tak akan kesana. "Dasar keparat, dia tak lain hanyalah iblis bermuka dua" ketus batin halim dengan tatapan tajam kearah Nur hayat yang bak simalaka yang tak mudah disentuh berigitu saja, apalagi kris tua hitam dipinggang rok kebaya wanita itu, kerap menjadi teror para pria hidung belang. Namun, halim jelas tidak tau apa yang dilakukannya disana, jika bukan karena pria tolol disampingnya, mungkin ia tidak akan terjebak ditempat yang penuh fartamogana tersebut. 

"Kau tutup mulut dan mata mu tu"bicara halim kesosok handam yang sedari tadi terjatuh dalam haluwan dunia Nur hayat. Kecantikan wanita itu cukup membuat handam lupa diri dan tak menyadari air liur keluar dari mulutnya. "Bilang aja awak iri" balas handam yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya. "Iri kata kau" lanjut halim tak terima "ingat handam kau sudahh ditunangkan...."

"Yayaya..awak tau, itu ratna adek kesayangan kau yang tetap jadi perioritas petama awak...toh malam ini kami akan akad" ucap handam cepat dengan nada gaa menjengkalkan

"Akad mata mu gledek" ketus tajam halim sambil menjitak kepala handam agar memalingkan tatapan nya " kalau kau kayak mata keranjang jangan harapkan ratna"lanjutnya

"Aduh gusti, demi apo awak ada teman gilo seperti halim ni" keluh handam sembari menatap kelangit dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan"Seharusnya kau waras sediikit" dengan jari berbentuk bulat kecil"Nur hayat itu, bagai bidadari dari langit yang tak ada bandingnya" jelas handam penuh pujian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun