Ketika sesi pertama debat Prabowo langsung menggebrak dengan "curhat" diserang hoax bahwa kubunya banyak bersarang kaum anti pancasila (pendukung HTI yang telah dibubarkan). Jokowi santai menetralkan dengan perbandingan dirinya yang sudah 4,5 tahun diserang tudingan sebagai antek PKI.
Dengan ini bangunan serangan layu sebelum berkembang. Apalagi, lebih susah mengcounter isu khilafah. Karena posisinya memang saling mutualisme. HTI yang dibubarkan harus punya tempat berlabuh, sedangkan kubu Prabowo yang menurut survey manapun tak lebih dari 33% suara butuh massa yang bisa menggerakkan massa anti Jokowi.
Uniknya Prabowo menegasikan dirinya lahir dari rahim seorang nasrani, dan sudah bersumpah mati demi NKRI saat jadi tentara. Artinya, kalaupun massa HTI ke Prabowo hanyalah kepentingan sesaat. Bukan loyalitas yang menjamin kemenangan. Namun demi tegaknya NKRI, Â kemana pun massa HTI tetap terjepit ruang geraknya makin sempit. Karena kalaupun Prabowo menang, Prabowo punya jalan koalisi besar dengan kubu Jokowi untuk tetap menekan mereka. Karena mereka hanya diberi ruang hidup saja.
Sehingga, meski rival Jokowi-Prabowo jelas lebih punya kepentingan besar daripada sekedar komitmen underground memberi tempat bernaung bagi massa HTI.
Selanjutnya soal bagaimana memanajemeni angkatan bersenjata. Memang harus diakui dalam retorika Prabowo yang bersuara keras, penampilan, dan gestur lebih meyakinkan. Gayanya yang membongkar minimnya anggaran dan lemahnya diplomasi, sepertinya membius audience.
Namun Jokowi, sepertinya mengerti sekali kekuatan lawan. Dan, adalah hal bodoh memamerkan betapa kekuatan militer Indonesia punya efek "menggetarkan" di sembarang forum. Hanya untuk terlihat keren di debat presiden ? itu terlalu kecil nilainya di bandingkan rahasia negara. Jokowi hanya santai menunjukkan pemerintahannya merealisasikan pembentukan Divisi ketiga komando armada di Indonesia Timur. Tentu tidak akan menjawab pertanyaan bagaimana jika Indonesia diserang invasi tiba-tiba.
Prabowo sepertinya sengaja dibiarkan menguasai panggung. Mungkin kalau main bola Jokowi bermain parkir bus ala Mourinho. 75% lapangan silakan dikuasai , masalahnya apakah bikin goal ? Yang ada blunder. Data Prabowo anggaran militer Indonesia kecil ini kacau balau apalagi dibandingkan dengan Singapura. Ya tidak apple to apple. GDP nya saja jauh beda, apalagi rasionya. Dan,Â
mengutip Yeni Wahid,"...Ini kata siapa, bukan kata saya. ini katanya Global Firepower Index, sebuah lembaga yang menghitung kekuatan militer di semua negara. Indonesia ini dianggap sebagai kekuatan super power kalau dikatakan ukuran militernya Indonesia ranking 15 dunia. Asean nomor 1, dunia nomor 15, Singapura nomor 59,"
Sehingga sebanyak-banyaknya anggaran ya belum tentu efektif. Ketika kemudian Prabowo mengutip adagium "si vis pacem para bellum"( jika ingin damai siaplah perang ) yang sangat terkenal itu memang tidak salah. Hanya saja, apakah memang prioritas bangsa untuk itu ?
Jokowi mengcounter sederhana menurut kajian intelijen strategis, Indonesia tidak akan ada invasi dalam 20 tahun mendatang, Prabowo langsung menyalahkan pembantu-pembantu presiden bahkan akan memecatnya hanya berdasarkan pengalamannya berperang di Timor Timur. Â