Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rambu-rambu 2030

25 Maret 2018   14:37 Diperbarui: 25 Maret 2018   15:27 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Prabowo kasih warning.

Pak Presiden Jokowi kasih semangat hidup harus optimis bukan pesimis.

Apa yang aneh? Ga ada tuh. Seperti naik kendaraan, ditengah jalan ada traffic light. Hayo, berani nekad lampu merah nerabas ?

Taruhan nyawa itu, masih berani ngomong optimis nerabas ketika ada tronton, truk,bus, bahkan sepeda motor dan mobil lagi ngebut2nya.

Sebaliknya meski hujan lebat dan waktunya berangkat kerja apa terus masuk kamar tarik selimut bubu manis ? Ya engga, harus optimis. Berangkat kerja pakai jas hujan kalau perlu bawa cadangan pakaian, kaos kaki, dan sepatu.

Semuanya logis dan terukur.

Termasuk novel, bahkan fiksi sekalipun. Ada bagian dimana baik untuk bahan renungan. Ada bagian sebagai bahan hiburan. Sehingga pesannya tak pernah eksplisit namun implisit.

Amerika dan China saling intip kelemahan itu bukan barang baru. Tapi bagaimana Indonesia masih eksis bukan hanya sampai 2030 itu lebih menarik. Saya yakin Pak Prabowo maupun Pak Jokowi sama hanya soal siapa yang diberi kesempatan memimpin itu saja.

Makin mendekati pilpres masing-masing kubu makin ekstrim itu juga kondisi lumrah. Karena ibarat mau jual barang harus terlihat bedanya dan uniknya agar masyarakat punya pilihan dan memilih. Maka, suhunya menghangat sedikit serulah. Sehingga frasa-frasa amunisi dilempar dari berbagai penjuru. Belum lagi ketika framing betapa seriusnya raut wajah Pak Prabowo, kemudian disusul tampilan air muka santai Pak Jokowi sambil senyum bahwa bangsa kita harus optimis.

Ini kan bagian dari pertempuran-pertempuran kecil yang sambung menyambung memenangkan 2019. Ketika tweet-nya PW Singer bilang novel bukan prediksi hanya fiksi. Bukan berarti ancamannya hilang. Menurut saya, malah BAHAYA jika kita terlena keberhasilan-keberhasilan sesaat. 

Oh naiknya, pertalite cuma 200 perak. Ga ngaruh sih wong saya saja pake pertamax. Tapi beroposisi dalam demokrasi sewajarnya alert walau ga perlu lebay melebihi naiknya harga beras 2000 rupiah. Saya setuju hal yang proporsional.

Seperti halnya setiap presiden dikritik utang negara naik. Selain jarang sekali negara tanpa hutang, bersiaplah kecewa jika ada pemimpin bicara ga akan ngutang. Kalau punya niat dan semangat mengurangi ketergantungan itu baru benar. Karena hutang itu perlu proses. Yang sehat hutang untuk diinvestasikan di asset sehingga bisa menjadi sumber-sumber pemicu penerimaan negara yang baru. Bahkan, tidak ngutang pun tapi kekayaan negara hanya untuk belanja konsumsi alias untuk subsidi biar rakyat kelihatan sejahtera saja itu tidak sehat.

Venezuela, sebagai contoh yang menghamburkan semuanya dulu dari minyak dan memabukkan sebagian rakyatnya dengan narkoba, saat ini sedang berjibaku menuai hiperinflasi. 

Saya bersyukur meski bbm naik beberapa ratus perak tapi tiap berobat untuk keluarga gratis, sebagai contoh kecil. Setiap jalan infrastruktur yang dibangun harapannya menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di daerah yang dilalui. Jelas perlu kritik terus jika rusak, bolong-bolong, mau ambruk dan seterusnya karena memang untuk cita-cita luhur bangsa sejahtera tak hanya sampai 2030.

Sigit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun