Mohon tunggu...
fivi erviyanti
fivi erviyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 19 Universitas Jember

191910501051- S1 PWK Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Pandemic Bond, Obligasi untuk Perangi Covid-19

19 April 2020   04:11 Diperbarui: 19 April 2020   04:22 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana pengeluaran pandemic bond sebagai jenis baru obligasi negara dinilai sebagai kebijakan yang tepat untuk mengumpulkan dana penganggulangan pandemi Covid-19. Fikri C. selaku Head of Economic Research mengakatan bahwa penerbitan pandemic bond dapat memberikan likuiditas tambahan pada pasar obligasi. Instrumen ini dibutuhkan sebab pemerintah akan melakukan pelebaran defisit APBN 2020 untuk mengatasi penyebaran Corona virus. 

Karena situasi yang tidak terduga ini maka pemerintah harus memutar otak untuk mencari sumber dana lain. Selain itu, emisi pandemic bond ini dapat berefek menggerakkan para pelaku pasar dan investor untuk terlibat upaya dalam pemulihan negara dari wabah corona.

Dilihat dari peristiwa sebelumnya, sebenarnya pandemic bond bukan lah istilah yang baru lagi. Bank dunia pernah merilis pandemic bond senilai US$ 330 juta pada Juni 2017 atau uang sekitar Rp 4,4 truliun dengan kurs saat itu. Surat utang tersebut ditawarkan kepada investor swasta dengan tenor 3 tahun dan dapat diperpanjang selama 1 tahun. 

Yield yang ditetapkan oleh Bank Dunia dari pandemic bond antara 6,5-11,1% per tahun. Dana yang telah terhimpun dari penerbitan pandemic bond Bank dunia kemudian disalurkan ke negara-negara yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi pandemi di wilayahnya. Misalnya untuk penanganan ketika terjadi wabah  filovirus, SARS, MERS, flu burung, pandemik ebola di Kivu Kongo, hingga Covid-19. Pandemic bond Bank Dunia ini sempat menuai kritik karena prosedur penyalurannya dinilai terlalu rumit. Padahal fase awal penyebaran wabah itulah yang menentukan keberhasilan penanganan pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun