Mohon tunggu...
Fitryana IndahCahyani
Fitryana IndahCahyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - UMUM

Born to be a winner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran BPDPKS Dalam Mencapai Target Net Zero Emission dan Kontribusinya Pada Penerimaan Negara: Kontribusi Biogas

29 Oktober 2024   14:40 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Konsumsi biogas global (IEA) 

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah berkembang pesat, dari 300 ribu ha di tahun 1980 menjadi 16,1 juta ha pada tahun 2022 (GAPKI 2022). Pertumbuhan tersebut memiliki dampak signifikan dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dampak tersebut dapat dilihat dari industri kelapa sawit sebagai sektor andalan penerimaan negara baik melalui bentuk pajak maupun pendapatan ekspor, menciptakan lapangan pekerjaan serta berpotensi sebagai solusi penghutanan kembali (reforestasi).

Kontribusi tersebut menjadikan kelapa sawit sebagai industri substansial Indonesia. Pemerintahan senantiasa berupaya untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dengan tetap memperhatikan segi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Untuk itu pemerintah membentuk BPDPKS untuk mendukung ketercapaian upaya mewujudkan sawit yang berkelanjutan. 

Meskipun memberikan dampak positif, industri kelapa sawit juga membawa tantangan lingkungan . Hal tersebut dilihat dari  perkebunan kelapa sawit yang berkontribusi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca. Berdasarkan beberapa penelitian, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri kelapa sawit berkisar 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektar per tahun, atau sekitar 20%  dari total emisi nasional tahun 2019. Emisi tersebut berasal dari penggunaan pupuk saat pemeliharaan tanaman dan konsumsi bahan bakar solar untuk pengangkutan TBS (Tandan buah segar kelapa sawit) dari kebun menuju pabrik. Meskipun emisi yang dihasilkan industri kelapa sawit tergolong rendah tetap saja hal tersebut perlu menjadi perhatian. Mengingat BPDPKS memiliki target Net Zero Emission, bagaimanakah langkah yang dapat diambil oleh BPDPKS untuk mencapai target tersebut? 

Sebagai upaya untuk mencapai Net Zero Emission, biogas muncul sebagai solusi potensial yang juga memberikan kontribusi pada bidang ekonomi. 

Perlu diketahui bahwa industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang menjadi indikator penyebab emisi. Limbah dari kelapa sawit terdiri dari limbah cangkang, serabut, janjangan kosong dan limbah cair sawit. Limbah tersebut menjadi bahan utama dalam pembuatan biogas limbah kelapa sawit atau yang dikenal dengan POME(Palm Oil Mill Effluent). Kombinasi limbah cangkang dan serabut dijadikan sebagai bahan bakar boiler yang menghasilkan uap panas untuk produksi listrik PKS(Pabrik Kelapa Sawit), sementara janjangan kosong sebagai campuran pembuatan pupuk kompos. Selanjutnya limbah cair sawit sebagai bahan dasar pembuatan biogas. 

Gambar 1.2 Jalur produksi biogas (IEA) 
Gambar 1.2 Jalur produksi biogas (IEA) 
Biogas limbah cair sawit dibuat melalui proses pengolahan tanpa oksigen (anaerob) dengan tahapan hidrolisis-asidogenesis-asetogenesis-metanogenesis. Mula-mula limbah cair sawit dimasukkan kedalam kolam-kolam kemudian ditambahkan mikroba untuk mempercepat pembentukan gas metana. Pengolahan limbah cair sawit menjadi biogas (POME) memiliki beberapa manfaat :

1. Berpotensi menghasilkan listrik sebesar 72 MwH/hari. Dengan estimasi rata-rata penggunaan konsumsi listrik perumahan berkisar pada 20 KwH/hari maka biogas dapat mendistribusikan listrik untuk lebih dari 3.500 rumah.

2. Biogas berpotensi sebagai pengganti gas tabung LPG. Dengan pembuatan biogas diharapkan dapat mencukupi kebutuhan daerah akan gas yang tidak terjangkau distributor gas LPG atau sebagai pengganti bahan bakar kayu.

3. Meningkatkan porsi bionergi dalam target energi terbarukan tahun 2030.

4. Dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Pupuk biogas dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air, kegemburan tanah, dan kesuburan tanah. 

5. Biogas yang dikompresi dapat dijadikan sebagai bahan bakar kendaraan.  

Gambar 1.3 Prospek konsumsi biogas global (IEA) 
Gambar 1.3 Prospek konsumsi biogas global (IEA) 
Sehingga apabila disimpulkan dari segi lingkungan pengolahan limbah kelapa sawit menjadi biogas dapat mengurangi kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca. Sebab biogas tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk dan bahan bakar pengganti solar mengingat penyebab emisi industri kelapa sawit bersumber dari pemupukan dan pengangkutan TBS. 

Dilihat dari segi ekonomi, biogas juga membawa keuntungan terhadap penerimaan negara. Data global menunjukan pangsa pasar biogas global mencapai US$ 55,84 miliar pada tahun 2022 dan diharapkan mencapai US$ 78,8 miliar pada tahun 2030. Sedangkan pasar Eropa telah meraih pangsa pendapatan sekitar 43% pada tahun 2022. 

Gambar 1.4 Pangsa pasar biogas global
Gambar 1.4 Pangsa pasar biogas global
Di Indonesia, pembuatan biogas mengurangi pengeluaran devisa negara karena berkurangnya ketergantungan pada bahan bakar fosil impor yang ditafsirkan mencapai 75 Triliun. Memberikan pendapatan tambahan melalui kegiatan ekspor biogas dalam bentuk sumber energi terbarukan, energi bersih, pupuk organik dan biofuel. Perkembangan infrastruktur biogas juga meningkatkan investasi pada sektor ini sehingga meningkatkan penghasilan pajak dari sektor energi terbarukan.Selanjutnya berkembangnya biogas juga membuat bertambahnya pabrik-pabrik pengolahan biogas yang berpotensi meningkatkan pendapatan pajak.

Berbagai dampak positif didaptkan dari pengolahan limbah sawit menjadi biogas. Manfaat tersebut mendorong keberlanjutan sawit dari segi lingkungan maupun ekonomi. Tak terkecuali dari aspek sosial, pembuatan biogas dapat memperluas lapangan pekerjaan sehingga menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Hal ini mengharuskan BPDPKS berperan aktif dalam menggalakkan pembuatan biogas dari limbah kelapa sawit. Namun dalam praktek pelaksanaan pembuatan biogas tersebut, terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti, biaya instalasi tinggi, kurangnya bahan baku biogas, serta rumitnya penggunaan biogas sebagai pengganti LPG. Selain itu, akses terhadap alat-alat pengolahan biogas di pedesaan masih terbatas.Kendala tersebut harus segera diatasi karena dapat menghambat produksi biogas.

Melihat tantangan tersebut BPDPKS dapat berperan aktif dalam mendukung pengembangan biogas melalui beberapa langkah berikut :

1. Sosialisasi terhadap pelaku industri kelapa sawit terkait pembuatan dan manfaat biogas.

2. Memberikan subsidi bantuan kepada PKS (Pabrik Kelapa Sawit) untuk menunjang pembuatan biogas.

3. Pelatihan dan pengembangan SDM (Sumber daya manusia) dalam pengolahan limbah kelapa sawit. 

4. Mendanai riset penelitian dan pengembangan produk biogas kepada lembaga/universitas.

5. Mendorong pengembangan dan pemerataan teknologi pembuatan biogas sehingga meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan biaya.

Namun tentunya upaya di atas harus disertai oleh dukungan dari pemerintah, dan seluruh kalangan masyarakat agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dukungan pemerintah dapat diwujudkan melalui penguatan kebijakan terkait pembuatan biogas sebagai energi terbarukan. Sedangkan pada kalangan masyarakat dapat diwujudkan dengan perilaku tertib dan patuh terhadap kebijakan pemerintah dan memberikan dukungan serta kontribusinya dalam pengolahan biogas. Dengan dukungan dari semua pihak tentunya akan menghasilkan sinergi yang baik.

REFERENSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun