Mohon tunggu...
Fitri Yenti Dirta
Fitri Yenti Dirta Mohon Tunggu... -

Traveler | Sunset Seeker | Volunteer | Human Resources |

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Surga Kecil Musim Panas di Eropa itu Bernama Swiss

28 Januari 2015   03:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Book of Langit Senja 3: Switzerland adalah buku photography ke tiga dari Rai Rahman Indra. Sebelumnya ada The Book of Langit Senja 1 : Bali dan The Book of Langit Senja 2: Morocco.

Pertama kali mendapatkan buku ke tiga dari episode ke tiga Langit Senja ini sangat suprise, karena cover edisi Bahasa ini tidak pernah di kasih liat ke saya sebelumnya. Atas permintaan saya sebenarnya.

[caption id="attachment_348279" align="aligncenter" width="300" caption="Cover The Book of Langit Senja Switzerland :Bahasa"][/caption]

Ini berbeda dengan cover The Book of Langit Senja 3: Switzerland versi English. Dalam versi English, untuk covernya saya sempat berdiskusi panjang dengan penulis karena berbeda sudut pandang. Saya menilai langitnya sedih, penulis menilai langitnya dramatik. Nah beda kan..

Di cover versi Bahasa ini, langit birunya terasa hangat menyapa pembaca, seiring dengan hijau pepohonan yang menyejukkan mata.Langit dan alam yang sangat kontras dan eye catching. I like this cover.

Seperti biasa, masih meminta penulis untuk Book Signing di halaman pertama buku. Kali ini disertai dengan kutipan yang menarik yaitu


Beautiful Things Never Demand Attention”.

Nah benar saja, buku Langit Senja Switzerland ini sangat berbeda dengan buku Langit Senja Morocco. Banyak kejutan di buku ini dan cukup menantang untuk di ulas dengan baik

Buku ini berbentuk cerita. Penulis menghadirkan keindahan alam Swiss sebagai sebuah rangkaian cerita berkarakter sedikit sastra. Hal itu terlihat dalam untaian-untaian kalimat seperti ini “Matahari tampak merah menyala seperti kobaran api, sebelum ia tenggelam dan menyisakan semburat warna violet, mapun oranye..... “Ada sedikit mendung memang, namun perpaduan warna yang kontras ini menjadikan semburat senja di satu hari di musim panas ini begitu dramatik dan berkesan. Mengagumkan”. Ini adalah penjelasan penulis tentang indahnya memandangi senja Lac Leman di Montreux.

[caption id="attachment_348281" align="aligncenter" width="300" caption="Senja Dramatic di Lac Leman "]

1422350195875157493
1422350195875157493
[/caption]

Di lain halaman, penulis menggambarkan sebuah kota dengan kualitas hidup terbaik dan salah satu kota dengan biaya hidup termahal di Eropa, yaitu Zurich. “Zurich adalah Swiss. Tiga menara ikoniknya adalah St Peter Kirch, Fraumunster dan Grossmunster. Ada denyut nadiyang menarik di Zurich yang membuat tak bosan untuk hanya duduk diam dan menikmati orang yang lalu-lalang.”

Dengan photo langit biru, gereja tua, museum seni dan kapal yang sedang melintasi danau, penulis mengabadikan Zurich begitu dramatic, artistic dan historic. Its nice to capture.

[caption id="attachment_348339" align="aligncenter" width="300" caption="Zurich"]

1422366808851719711
1422366808851719711
[/caption]

Di sebuah halaman buku, saya menemukan photo beruang dengan posisi tergantung di atas sebuah tali. Di bawahnya terdapat pohon-pohon yang rindang. Ternyata itu adalah gambaran mengenai Bern, sebuah kota yang identik dengan beruang.

[caption id="attachment_348340" align="aligncenter" width="300" caption="Bern"]

14223669051976446185
14223669051976446185
[/caption]

Di halaman terakhir ada hal yang unik, ada photo siluet penulis di tengah matahari merah yang akan kembali ke peraduannya dan kemudian mendung menyergap tiba-tiba. Ya, pada akhirnya saya menyamakan suara dengan penulis, Senja di Lac Leman memang Dramatic.

“I like this place and could willingly waste my time in it.” - William Shakespeare-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun