The Book of Langit Senja 3: Switzerland adalah buku photography ke tiga dari Rai Rahman Indra. Sebelumnya ada The Book of Langit Senja 1 : Bali dan The Book of Langit Senja 2: Morocco.
Pertama kali mendapatkan buku ke tiga dari episode ke tiga Langit Senja ini sangat suprise, karena cover edisi Bahasa ini tidak pernah di kasih liat ke saya sebelumnya. Atas permintaan saya sebenarnya.
[caption id="attachment_348279" align="aligncenter" width="300" caption="Cover The Book of Langit Senja Switzerland :Bahasa"][/caption]
Ini berbeda dengan cover The Book of Langit Senja 3: Switzerland versi English. Dalam versi English, untuk covernya saya sempat berdiskusi panjang dengan penulis karena berbeda sudut pandang. Saya menilai langitnya sedih, penulis menilai langitnya dramatik. Nah beda kan..
Di cover versi Bahasa ini, langit birunya terasa hangat menyapa pembaca, seiring dengan hijau pepohonan yang menyejukkan mata.Langit dan alam yang sangat kontras dan eye catching. I like this cover.
Seperti biasa, masih meminta penulis untuk Book Signing di halaman pertama buku. Kali ini disertai dengan kutipan yang menarik yaitu
“Beautiful Things Never Demand Attention”.
Nah benar saja, buku Langit Senja Switzerland ini sangat berbeda dengan buku Langit Senja Morocco. Banyak kejutan di buku ini dan cukup menantang untuk di ulas dengan baik
Buku ini berbentuk cerita. Penulis menghadirkan keindahan alam Swiss sebagai sebuah rangkaian cerita berkarakter sedikit sastra. Hal itu terlihat dalam untaian-untaian kalimat seperti ini “Matahari tampak merah menyala seperti kobaran api, sebelum ia tenggelam dan menyisakan semburat warna violet, mapun oranye..... “Ada sedikit mendung memang, namun perpaduan warna yang kontras ini menjadikan semburat senja di satu hari di musim panas ini begitu dramatik dan berkesan. Mengagumkan”. Ini adalah penjelasan penulis tentang indahnya memandangi senja Lac Leman di Montreux.
[caption id="attachment_348281" align="aligncenter" width="300" caption="Senja Dramatic di Lac Leman "]
Di lain halaman, penulis menggambarkan sebuah kota dengan kualitas hidup terbaik dan salah satu kota dengan biaya hidup termahal di Eropa, yaitu Zurich. “Zurich adalah Swiss. Tiga menara ikoniknya adalah St Peter Kirch, Fraumunster dan Grossmunster. Ada denyut nadiyang menarik di Zurich yang membuat tak bosan untuk hanya duduk diam dan menikmati orang yang lalu-lalang.”
Dengan photo langit biru, gereja tua, museum seni dan kapal yang sedang melintasi danau, penulis mengabadikan Zurich begitu dramatic, artistic dan historic. Its nice to capture.
[caption id="attachment_348339" align="aligncenter" width="300" caption="Zurich"]
Di sebuah halaman buku, saya menemukan photo beruang dengan posisi tergantung di atas sebuah tali. Di bawahnya terdapat pohon-pohon yang rindang. Ternyata itu adalah gambaran mengenai Bern, sebuah kota yang identik dengan beruang.
[caption id="attachment_348340" align="aligncenter" width="300" caption="Bern"]
Di halaman terakhir ada hal yang unik, ada photo siluet penulis di tengah matahari merah yang akan kembali ke peraduannya dan kemudian mendung menyergap tiba-tiba. Ya, pada akhirnya saya menyamakan suara dengan penulis, Senja di Lac Leman memang Dramatic.
“I like this place and could willingly waste my time in it.” - William Shakespeare-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H