Maka melakukan inventarisasi dan identifikasi terhadap berbagai jenis tumbuhan bawah yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman sumber daya alam hayati maka perlu dilakukan pengukuran-pengukuran, baik itu pengukuran secara langsung terhadap organisme yang bersangkutan ataupun dengan cara mengevaluasi indikator-indikator yang ada.
Berbagai aspek yang dapat diamati dalam rangka pengukuran keanekaragaman sumber daya hayati adalah: jumlah jenis, kerapatan atau kelimpahan, penyebaran, dominasi, produktivitas, variasi di dalam jenis, variasi atau keanekaragaman genetik, laju kepunahan jenis, nilai jenis atau genetik, jenis asli (alami) atau asing, dan berbagai indikator lainnya.
Tumbuhan bawah dalam populasi yang sedikit berfungsi sebagai penghambat laju aliran air hujan di atas tanah, namun dalam populasi yang banyak akan menjadi gulma yang memengaruhi pertumbuhan tanaman karena menjadi pesaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh.
Tumbuhan Bawah berpotensi Obat dan Hias
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang tak ternilai banyaknya, termasuk berbagai jenis tumbuhannya. Diantara tumbuhan tersebut, ada yang di golongkan kedalam tumbuhan berpotensi hias, obat.
Secara turun temurun masyarakat adat yang hidup di dalam dan sekitar hutan di seluruh wilayah Nusantara, memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dari hutan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit.Â
Berbagai penelitian etnofitomedika etnobotani yang dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui, paling tidak ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit demam oleh 30 etnis.
Lalu, 110 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit kulit oleh 27 etnis, hingga ke perkembangan teknologi dalam pengolahan obat obatan dari tumbuhan bawah seperti saat ini, namun tidak familiar dikalangan kita.
Tumbuhan hias merupakan bagian dari hortikultura non pangan yang digolongkan dalam florikultur yang merupakan cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tumbuhan berpotensi hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman dalam pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan sehari hari untuk dinikmati keindahannya atau nilai estetikanya.
Pada dasarnya, suatu tumbuhan disebut berpotensi hias karena memiliki keindahan. Penilaian terhadap keindahan suatu tumbuhan berpotensi hias memang sangat relatif.
Akan tetapi, secara umum keindahan tumbuhan berpotensi hias terletak pada keduaa organnya, yaitu daun atau bunganya. Dari sinilah muncul istilah tumbuhan hias daun.