4. Hubungan guru dan siswa.
Banyak sekali guru yang ingin memosisikan dirinya sebagai guru yang asyik terhadap siswanya sehingga mereka bisa dicap sebagai guru yang "gaul".Â
Hal ini juga baik sehingga murid bisa lebih dekat dan tidak takut dalam menanyakan suatu hal sehingga pemikiran muridnya pun dapat bebas untuk bereksplorasi.Â
Namun kedekatan tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif, yakni murid tidak lagi merasa segan dan tidak lagi memandang gurunya sebagai sosok yang perlu ia patuhi.
5. Ketakutan guru.
Guru takut pada hukum dan peraturan secara berlebihan sehingga cenderung membiarkan saja ketika siswanya kurang benar. Bahkan kadang guru merasa bingung untuk berbuat ketika salah satu siswanya berulang kali melanggar peraturan.Â
Tidak hanya itu, guru juga lebih takut pada orang tua, terutama pada sekolah-sekolah yang berbiaya mahal karena di sana murid adalah nasabah, sebagaimana nasabah dalam bank yang harus dihormati dan dilayani.
6. Faktor keluarga.
Faktor lingkungan keluarga juga memberikan pengaruh. Murid yang sudah terbiasa memberontak dan melakukan perlawanan kepada orang tuanya tentu di sekolah dia akan bersikap demikian.Â
Selain itu ada juga kasus yang kerap terjadi para orang tua bersikeras membela anaknya jika terjadi problem di sekolah. Meskipun itu jelas salah anaknya, namun orang tua tetap bersikeras menyalahkan pihak sekolah. Dengan begitu sang anak akan semakin berani melawan gurunya.
7. Pergaulan bebas.