Mohon tunggu...
Fitri Th
Fitri Th Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Nama Saya Fitri Nefrita. Saya berprofesi sebagai Guru Taman Kanak-Kanak An Nahl yang berlokasi di Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Sejak tahun 2017 pihak Yayasan An Nahl memberi amanah sebagai Kepala Sekolah sampai sekarang. Selain mencintai dunia anak, saya juga hobi menulis. Dua buku solo dan beberapa buku antologi sudah terbit, dengan genre fiksi juga non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Sikap Toleransi Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Sains

5 November 2023   09:00 Diperbarui: 5 November 2023   09:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Usia Dini adalah usia Emas. Usia di mana anak mudah belajar dari apa yang dilihat, didengar dan dialaminya. Pada usia inilah kita para orang dewasa di sekitarnya bisa menanamkan pendidikan. Buruk dan baik yang didapatnya bergantung pada apa yang dilihat didengar dan dialaminya. Hal-hal yang didapati pada usia ini akan menjadi karakter yang melekat pada anak di kehidupannya di masa mendatang.

Dalam pembelajaran Karakter salah satunya adalah tentang sikap toleransi. Di mana anak diajak menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Berlapang dada dengan pendapat yang berbeda. Menerima suatu keadaan yang terkadang di luar dari yang seharusnya. Menghargai dan menghormati keyakinan orang lain, namun tetap tegas berpegang teguh dengan keyakinannya sendiri.

TK An Nahl tempat penulis mengabdi berada di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Anak didik di satuan berasal dari beberapa kecamatan sekitar sekolah.  Namun walaupun berada di satu kabupaten, tetap ada perbedaan dialek bahasa masing-masing daerah kecilnya. Ada yang lebih halus atau lebih kasar dari lainnya. Penerimaan atau saling menghargai perbedaan-perbedaan ini mesti dikenalkan kepada anak didik. Demikian juga dalam hal agama dan suku bangsa. Walaupun semua anak didik beragama Islam dan bersuku Minangkabau, namun tetap dikenalkan bahwa di luar sana ada banyak agama dan suku bangsa. Diberikan pengetahuan bagaimana kita bersikap dengan segala keberagaman tersebut.

Penulis, selaku pendidik di Taman Kanak-Kanak membuat sebuah inovasi pembelajaran dalam mengenalkan sikap toleransi ini pada Anak Usia Dini. Mengenalkan sikap toleransi melalui permainan sains. Permainan ini sebagai lanjutan dari beberapa tahap pengenalan toleransi melalui tontonan video cerita anak, melalui buku cerita, poster dan main peran.

Dunia anak adalah bermain. Tugas kita sebagai pendidik adalah menciptakan bermian itu menjadi bermakna. Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar. Sehingga mainnya anak-anak tidaklah main-main. Mereka akan mendapatkan pengalaman dari bermain yang dilakukannya. 

Adapun permainan Sains dalam mengenalkan sikap Toleransi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Alat

    - Wadah bening/ stoples

2. Bahan

    - Air (yang sudah diberi warna merah)

    - Minyak Goreng

    - Sabun cair pencuci piring

       (ketiga bahan ini digunakan dengan perbandingan sama banyak)

3. Cara Main

     - Memasukkan ketiga bahan di atas ke dalam wadah secara bergantian. Mulai dari air, minyak goreng terakhir sabun cair  

        pencuci piring.

     - Anak diajak memasukkan cairan tersebut ke wadah seraya guru  bercerita memberikan perumpamaan.

        "Ayo kita masukkan air yang warna merah, kita misalkan ini Si "A" yang sedang belajar"

          lanjut masukkan minyak goreng, kita misalkan ini si B yang sedang bermain, dan terakhir sabun cair kita misalkan si C yang 

          sedang shalat".

     - Setelah didiamkan sekitar 1 menit, akan tampak lapisan-lapisan warna yang indah di wadah. Lapisan paling atas berwarna 

         kuning minyak goreng , lapisan kedua air yang berwarna merah, dan lapisan ketiga berwarna hijau sabun cair pencuci 

         piring. Lapisan-lapisan ini menggambarkan jika antar pemeluk beragama yang berbeda, suku bangsa yang berbeda saling 

         menghormati dan saling menghargai. Ketiga bahan ini tidak bisa menyatu karena kandungan zatnya yang berbeda. Sama 

        dengan masing-masing agama yang ada yang punya keyakinan yang berbeda yang tidak bisa dicampur adukkan. 

    - Selanjutnya anak juga diajak untuk mengaduk ketiga bahan tersebut. Air di wadah akan menjadi campuran air yang keruh 

        yang warnanya tidak menarik lagi. Ini juga menggambarkan jika kita saling mengganggu. Si A mengganggu si B yang sedang 

        shalat atau si C menggannggu si A yang sedang belajar, maka akan terjadi kekacauan.

Demikian Inovasi Pembelajaran yang penulis buat, semoga menginspirasi. 

    


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun