pendidikan. Buruk dan baik yang didapatnya bergantung pada apa yang dilihat didengar dan dialaminya. Hal-hal yang didapati pada usia ini akan menjadi karakter yang melekat pada anak di kehidupannya di masa mendatang.
Usia Dini adalah usia Emas. Usia di mana anak mudah belajar dari apa yang dilihat, didengar dan dialaminya. Pada usia inilah kita para orang dewasa di sekitarnya bisa menanamkanDalam pembelajaran Karakter salah satunya adalah tentang sikap toleransi. Di mana anak diajak menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Berlapang dada dengan pendapat yang berbeda. Menerima suatu keadaan yang terkadang di luar dari yang seharusnya. Menghargai dan menghormati keyakinan orang lain, namun tetap tegas berpegang teguh dengan keyakinannya sendiri.
TK An Nahl tempat penulis mengabdi berada di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Anak didik di satuan berasal dari beberapa kecamatan sekitar sekolah. Â Namun walaupun berada di satu kabupaten, tetap ada perbedaan dialek bahasa masing-masing daerah kecilnya. Ada yang lebih halus atau lebih kasar dari lainnya. Penerimaan atau saling menghargai perbedaan-perbedaan ini mesti dikenalkan kepada anak didik. Demikian juga dalam hal agama dan suku bangsa. Walaupun semua anak didik beragama Islam dan bersuku Minangkabau, namun tetap dikenalkan bahwa di luar sana ada banyak agama dan suku bangsa. Diberikan pengetahuan bagaimana kita bersikap dengan segala keberagaman tersebut.
Penulis, selaku pendidik di Taman Kanak-Kanak membuat sebuah inovasi pembelajaran dalam mengenalkan sikap toleransi ini pada Anak Usia Dini. Mengenalkan sikap toleransi melalui permainan sains. Permainan ini sebagai lanjutan dari beberapa tahap pengenalan toleransi melalui tontonan video cerita anak, melalui buku cerita, poster dan main peran.
Dunia anak adalah bermain. Tugas kita sebagai pendidik adalah menciptakan bermian itu menjadi bermakna. Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar. Sehingga mainnya anak-anak tidaklah main-main. Mereka akan mendapatkan pengalaman dari bermain yang dilakukannya.Â
Adapun permainan Sains dalam mengenalkan sikap Toleransi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alat
  - Wadah bening/ stoples
2. Bahan
  - Air (yang sudah diberi warna merah)
  - Minyak Goreng
  - Sabun cair pencuci piring
    (ketiga bahan ini digunakan dengan perbandingan sama banyak)
3. Cara Main
   - Memasukkan ketiga bahan di atas ke dalam wadah secara bergantian. Mulai dari air, minyak goreng terakhir sabun cair Â
    pencuci piring.
   - Anak diajak memasukkan cairan tersebut ke wadah seraya guru  bercerita memberikan perumpamaan.
    "Ayo kita masukkan air yang warna merah, kita misalkan ini Si "A" yang sedang belajar"
     lanjut masukkan minyak goreng, kita misalkan ini si B yang sedang bermain, dan terakhir sabun cair kita misalkan si C yangÂ
     sedang shalat".
   - Setelah didiamkan sekitar 1 menit, akan tampak lapisan-lapisan warna yang indah di wadah. Lapisan paling atas berwarnaÂ
     kuning minyak goreng , lapisan kedua air yang berwarna merah, dan lapisan ketiga berwarna hijau sabun cair pencuciÂ
     piring. Lapisan-lapisan ini menggambarkan jika antar pemeluk beragama yang berbeda, suku bangsa yang berbeda salingÂ
     menghormati dan saling menghargai. Ketiga bahan ini tidak bisa menyatu karena kandungan zatnya yang berbeda. SamaÂ
    dengan masing-masing agama yang ada yang punya keyakinan yang berbeda yang tidak bisa dicampur adukkan.Â
  - Selanjutnya anak juga diajak untuk mengaduk ketiga bahan tersebut. Air di wadah akan menjadi campuran air yang keruhÂ
    yang warnanya tidak menarik lagi. Ini juga menggambarkan jika kita saling mengganggu. Si A mengganggu si B yang sedangÂ
    shalat atau si C menggannggu si A yang sedang belajar, maka akan terjadi kekacauan.
Demikian Inovasi Pembelajaran yang penulis buat, semoga menginspirasi.Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H