Globalisasi telah menciptakan tantangan baru bagi negara-negara berkembang dalam mempertahankan budaya dan nilai-nilai tradisionalnya. Salah satu dampak globalisasi adalah meningkatnya budaya konsumerisme dan hedonisme yang didorong oleh gencarnya iklan dan promosi dari produk-produk global. Dalam artikel ini akan membahas bagaimana pengaruh globalisasi terhadap timbulnya budaya konsumerisme dan hedonisme ditinjau dari kajian ilmu pengetahuan sosial dalam perspektif global. Â
Globalisasi dan Perubahan Gaya Hidup
Globalisasi ditandai dengan meningkatnya keterhubungan dan ketergantungan antar negara dan masyarakat di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Hal ini didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan arus informasi, uang, barang, dan manusia melintasi batas-batas geografis.Â
Salah satu dampak globalisasi adalah terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi pada sebagian masyarakat di berbagai negara. Mereka cenderung mengadopsi gaya hidup konsumerisme dan hedonisme yang dipengaruhi oleh budaya populer global seperti musik, film, mode pakaian, makanan cepat saji, dan barang-barang mewah dari merek ternama dunia.Â
Budaya Konsumerisme dan Hedonisme
Konsumerisme adalah gaya hidup yang ditandai dengan konsumsi barang dan jasa yang berlebihan demi memenuhi kepuasan diri sendiri. Sementara itu hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan fisik adalah tujuan utama kehidupan.
Dalam masyarakat konsumeris, orang didorong untuk terus membeli dan mengkonsumsi barang demi status sosial, gaya hidup, dan aktualisasi diri belaka. Mereka kerap terjebak dalam siklus terus-menerus memiliki barang terbaru tanpa benar-benar membutuhkannya. Sementara budaya hedonis menempatkan kesenangan pribadi di atas segala-galanya. Orang hidup untuk bersenang-senang dan menghindari penderitaan apapun itu, meski terkadang pada tingkat yang berlebihan dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Â
Pengaruh Globalisasi terhadap Konsumerisme dan Hedonisme
Globalisasi mempercepat penyebaran nilai-nilai dan perilaku konsumerisme serta hedonisme melalui beberapa saluran, antara lain:
1. Globalisasi ekonomi dan perdagangan yang memudahkan produk dan merek global memasuki pasar domestik dengan harga yang kompetitif. Ini menciptakan lebih banyak pilihan konsumsi bagi masyarakat. Di sisi lain, strategi pemasaran yang agresif juga mendorong perilaku boros dan konsumerisme.Â
2. Teknologi informasi dan internet telah mempercepat arus informasi lintas batas. Iklan dan promosi produk global dengan mudah masuk melalui televisi, media sosial, youtube, dan platform digital lainnya. Hal ini memengaruhi selera dan aspirasi konsumen lokal.
3. Homogenisasi selera melalui budaya pop seperti film, musik, dan gaya hidup selebriti global yang kerap menampilkan gaya hidup mewah dan hedonis. Hal ini tanpa sadar di internalisasi dan dijadikan panutan oleh banyak orang terutama generasi muda.Â
4. Menjamurnya pusat perbelanjaan, rumah makan cepat saji, dan kedai kopi membuat gaya hidup konsumerisme semakin mudah diakses dan diterima sebagai hal yang lumrah. Demikian pula maraknya hiburan dan destinasi wisata mewah yang memuaskan hasrat bersenang-senang.
Dampak Konsumerisme dan Hedonisme
Budaya konsumerisme dan hedonisme membawa sejumlah dampak negatif, antara lain:
1. Mendorong pola konsumsi yang berlebihan dan pemborosan sumber daya alam di tengah keterbatasan yang ada. Hal ini tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan hidup.
2. Menciptakan ketimpangan sosial di tengah masyarakat dan kesenjangan antara yang kaya-miskin makin lebar. Orang miskin sulit mencapai standar hidup konsumerisme global.
3. Memudarnya nilai-nilai tradisional seperti hemat, sederhana, gotong royong, dan kesetaraan gender. Nilai-nilai individualistis lebih menonjol.
4. Meningkatnya penyakit fisik dan mental akibat gaya hidup tidak sehat dan hedonisme berlebihan seperti obesitas, depresi, kecanduan narkoba dan alkohol.
5. Generasi muda banyak yang terjebak budaya instant gratification dan tidak sabar menanti hasil dari usaha jangka panjang. Mereka lebih senang mencari uang instant demi memenuhi gaya hidup konsumtif.
Agar budaya konsumerisme global tidak menghancurkan tatanan sosial dan nilai-nilai luhur masyarakat, diperlukan filterisasi secara bijak melalui regulasi pemerintah, kesadaran kritis warga negara dan penguatan nilai-nilai budaya lokal yang positif. Dengan demikian masyarakat dapat menikmati kemajuan ekonomi global tanpa harus kehilangan jati diri bangsa.
DAFTAR RUJUKAN:
Suseno, F. Magnis. (2021). Etika Abad 21: Tantangan Globalisasi, Hak Asasi Manusia & Krisis Ekologis. Kanisius.Â
Suciptaningsih, O. A. (2017). Hedonisme dan Konsumerisme dalam Perspektif Dramaturgi Erving Goffman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi, 2(1), 28.
Berger, Peter L. (2002). Kapitalisme dan Konsumerisme: Sebuah Analisis Kritis Terhadap Globalisasi Budaya. Kreasi Wacana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H