2. Teknologi informasi dan internet telah mempercepat arus informasi lintas batas. Iklan dan promosi produk global dengan mudah masuk melalui televisi, media sosial, youtube, dan platform digital lainnya. Hal ini memengaruhi selera dan aspirasi konsumen lokal.
3. Homogenisasi selera melalui budaya pop seperti film, musik, dan gaya hidup selebriti global yang kerap menampilkan gaya hidup mewah dan hedonis. Hal ini tanpa sadar di internalisasi dan dijadikan panutan oleh banyak orang terutama generasi muda.Â
4. Menjamurnya pusat perbelanjaan, rumah makan cepat saji, dan kedai kopi membuat gaya hidup konsumerisme semakin mudah diakses dan diterima sebagai hal yang lumrah. Demikian pula maraknya hiburan dan destinasi wisata mewah yang memuaskan hasrat bersenang-senang.
Dampak Konsumerisme dan Hedonisme
Budaya konsumerisme dan hedonisme membawa sejumlah dampak negatif, antara lain:
1. Mendorong pola konsumsi yang berlebihan dan pemborosan sumber daya alam di tengah keterbatasan yang ada. Hal ini tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan hidup.
2. Menciptakan ketimpangan sosial di tengah masyarakat dan kesenjangan antara yang kaya-miskin makin lebar. Orang miskin sulit mencapai standar hidup konsumerisme global.
3. Memudarnya nilai-nilai tradisional seperti hemat, sederhana, gotong royong, dan kesetaraan gender. Nilai-nilai individualistis lebih menonjol.
4. Meningkatnya penyakit fisik dan mental akibat gaya hidup tidak sehat dan hedonisme berlebihan seperti obesitas, depresi, kecanduan narkoba dan alkohol.
5. Generasi muda banyak yang terjebak budaya instant gratification dan tidak sabar menanti hasil dari usaha jangka panjang. Mereka lebih senang mencari uang instant demi memenuhi gaya hidup konsumtif.
Agar budaya konsumerisme global tidak menghancurkan tatanan sosial dan nilai-nilai luhur masyarakat, diperlukan filterisasi secara bijak melalui regulasi pemerintah, kesadaran kritis warga negara dan penguatan nilai-nilai budaya lokal yang positif. Dengan demikian masyarakat dapat menikmati kemajuan ekonomi global tanpa harus kehilangan jati diri bangsa.