Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK PT) merupakan parameter yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Kepulauan Bangka Belitung menjadi provinsi dengan tingkat APK PT terendah se-Indonesia pada tahun 2023, bahkan pada satu dekade terakhir. Ironinya, APK PT Bangka Belitung tidak pernah mencapai angka 20 persen. Jika dibandingkan dengan Papua, APK PT Bangka Belitung masih lebih rendah. Sementara itu, target APK PT nasional menuju Indonesia Emas 2045 dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah sebesar 60 persen.
Angka partisipasi pendidikan di perguruan tinggi yang rendah tentunya berbanding lurus dengan jumlah sarjana yang akan dihasilkan oleh Bangka Belitung. Hal tersebut tentunya patut menjadi perhatian khusus karena sumber daya manusia merupakan investasi bagi pembangunan daerah. Lantas, apa yang dapat dilakukan oleh Bangka Belitung dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045?
Pendidikan Sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Pada tahun 2045, Indonesia memasuki usia satu abad dan ditargetkan mengalami kemajuan pesat dikarenakan kita masih menikmati bonus demografi. Bonus demografi yang dimaksud adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang lebih besar dibanding usia nonproduktif. Jumlah penduduk usia produktif mencapai 193 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebesar 280,73 juta jiwa (BPS, 2023). Hal ini menunjukkan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia merupakan penduduk usia produktif.
Tingginya jumlah penduduk usia produktif membuka lebar potensi Indonesia untuk meningkatkan daya saing bisnis dan industri, yang nantinya berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat. Hal ini menjadi momen emas bagi Indonesia untuk mewujudkan salah satu Visi Indonesia Emas 2045 yaitu Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dalam upaya mencapai visi tersebut, Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan menjadi kunci untuk merealisasikan Visi Indonesia Emas 2045. Selain memberi pengetahuan, pendidikan menjadi sarana pembentukan karakter, kecerdasan, dan juga kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan teknologi. Melalui pendidikan, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dengan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu, akses pendidikan yang bermutu harus terjangkau dan merata bagi seluruh elemen masyarakat. Diharapkan, pemerataan peningkatan sumber daya manusia dari segi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dapat tercapai.
Kondisi Pendidikan Bangka Belitung
Permasalahan kualitas pendidikan Bangka Belitung yang masih sangat memprihatinkan menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pada tahun 2023, APK pada jenjang sekolah dasar dapat melebihi angka 100 persen, tetapi semakin menurun pada jenjang SMP/sederajat maupun SMA/sederajat, dan menukik jauh pada jenjang perguruan tinggi.
Gambar 1. APK Bangka Belitung Tahun 2023 Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan yang cukup jauh antara APK jenjang perguruan tinggi dengan APK jenjang sekolah menengah di Bangka Belitung. Bahkan APK perguruan tinggi berada jauh di bawah APK jenjang yang lain yaitu hanya mencapai 18,19 persen pada tahun 2023. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya sekitar 18 orang dari setiap 100 orang penduduk Bangka Belitung usia 19-23 tahun yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Gambar 2. APK PT Menurut Provinsi, 2023
Jika dibandingkan dengan provinsi yang ada di Sumatera, Provinsi Aceh dan Sumatera Barat menjadi provinsi dengan APK PT tertinggi se-Sumatera yang masing-masing mencapai sebesar 43,50 persen dan 43,26 persen. Di sisi lain, APK PT Bangka Belitung hanya mencapai 18,19 persen bahkan lebih kecil dibandingkan Papua yang mencapai 19,99 persen.
Melihat perbandingan data tersebut, timbul pertanyaan besar mengapa hanya sebagian kecil saja generasi muda Bangka Belitung yang mengenyam bangku kuliah? Lantas, apa yang menyebabkan rendahnya partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Bangka Belitung?
Penyebab Rendahnya APK PT Bangka Belitung
Dari hasil Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP) 2021, terkuak alasan utama penduduk usia 19-23 tahun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak melanjutkan pendidikan yaitu dikarenakan bekerja/mencari nafkah (37,34 persen), merasa pendidikan cukup (18,02 persen), menikah (17,34 persen), tidak ada biaya (16,54 persen) dan alasan lainnya (10,75 persen).
Permasalahan tingginya biaya kuliah serta adanya pemikiran bahwa bekerja setelah lulus SMA/sederajat lebih menguntungkan dibandingkan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, seringkali menjadi alasan penduduk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi (Nurmalasari et al., 2023). Berdasarkan data Sakernas Agustus 2023, penduduk usia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SMA dan memilih bekerja adalah sebanyak 241.740 orang.
Adanya perspektif “Buat apa sekolah tinggi jika hanya menjadi pengangguran atau ujung-ujungnya hanya bekerja membantu kedua orang tua” kerap kali memunculkan argumen bahwa pendidikan tinggi bukanlah hal yang penting, melainkan pendidikan hingga jenjang menengah atas saja sudah cukup (Affizul et al., 2021). Apalagi masih tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan perguruan tinggi yang mencapai 11,19 persen (BPS, 2023), memperkuat stigma bahwa gelar sarjana tidak menjamin seseorang akan bekerja.
Fenomena pernikahan dini juga menjadi salah satu faktor penduduk Bangka Belitung tidak melanjutkan pendidikan. Bahkan pada tahun 2020 Bangka Belitung menempati peringkat pertama dengan angka pernikahan dini tertinggi di Indonesia (BPS, 2020). Adanya pernikahan dini akan berpengaruh pada keputusan seseorang untuk berhenti sekolah, sehingga kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Ariawan et al., 2021).
Berdasarkan beberapa faktor yang telah dibahas, tentunya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Bangka Belitung. Jumlah sarjana yang terbilang sedikit dan berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang rendah menjadi permasalahan darurat di Bangka Belitung yang harus segera ditangani. Lantas, dapatkah Bangka Belitung berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045?
Solusi untuk Rendahnya APK PT Bangka Belitung
Rendahnya partisipasi pendidikan di perguruan tinggi perlu mendapatkan perhatian serius karena erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang akan berimbas pada capaian pembangunan Bangka Belitung di masa mendatang. Maka dari itu, pemerintah perlu segera mengevaluasi kegiatan edukasi terkait pentingnya melanjutkan pendidikan agar lebih tepat sasaran. Masyarakat, khususnya remaja, perlu memahami berbagai risiko yang akan dihadapi akibat pernikahan dini.
Selain itu, perguruan tinggi di Bangka Belitung juga harus meningkatkan kualitas lulusannya agar dapat menarik minat siswa SMA dan membuktikan bahwa lulusan perguruan tinggi di Bangka Belitung mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya fokus pada materi akademik, tetapi juga cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja, dengan cara meningkatkan softskill dan hardskill mahasiswanya.
Solusi selanjutnya adalah membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi fresh graduate perguruan tinggi dengan kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah bersama pihak swasta dan UMKM. Bentuk kolaborasi tersebut di antaranya adalah mengikutsertakan fresh graduate perguruan tinggi di Bangka Belitung dalam berbagai job fair yang diadakan. Di sisi lain, program Corporate Social Responsibility (CSR) pendidikan untuk kelas beasiswa diharapkan tidak hanya dikhususkan pada jenjang SMA tetapi juga pada perguruan tinggi. Perluasan jangkauan program beasiswa juga merupakan salah satu solusi yang perlu dilakukan agar seluruh masyarakat memiliki akses yang setara untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Solusi tersebut diharapkan dapat menarik minat calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang ada di wilayah Bangka Belitung.
Bangka Belitung perlu bergerak cepat dalam melakukan pembenahan pada kualitas sumber daya manusianya melalui peningkatan partisipasi di perguruan tinggi. Hal tersebut tentunya membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun stakeholder lainnya. Harapannya, peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kepulauan Bangka Belitung dapat mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H