Bukti arkeologis yang menunjukkan perkembangan Islam di Asia Tenggara juga dapat terlihat dari batu nisan bertuliskan Arab Kufi yang ditemukan di Vietnam. Hal ini karena Vietnam kala itu menjadi pusat perdagangan dan pelayaran. Selain itu, batu nisan lainnya yang berkaitan dengan perhitungan pajak juga ditemukan di daerah yang sama. Bukti ini menjadi pertanda bahwa, Islam telah masuk ke wilayah Asia Tenggara sejak abad ke-7 Masehi (Pratomo dkk., 2023). Perkembangan Islam di Asia Tenggara juga tidakÂ
dapat dilepaskan dari munculnya berbagai kerajaan Islam, seperti Samudera Pasai yakni kerajaan Islam pertama di Nusantara, yang disusul dengan munculnya kesultanan Islam lainnya (Hidayah dkk., 2020).
- Perkembangan Islam di Kawasan Asia Tenggara dari Masa ke Masa
- Perkembangan Islam di Asia Tenggara Sebelum Masa Kolonial
Perkembangan Islam di Asia Tenggara telah dimulai jauh sebelum era kolonial. Hal ini ditandai dengan berdirinya Kesultanan Perlak pada tahun 840 Masehi. Pada masa-masa ini, berbagai kerajaan Islam telah berdiri, seperti Samudera Pasai pada 1270 M dan Demak pada 1478 M. Perkembangan kala itu berhasil memajukan sistem politik serta pendidikan. Perkembangan ini terus berlangsung hingga akhirnya Portugis masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Dahlan, 2013).
- Perkembangan Islam di Asia Tenggara pada Masa Kolonial
Perkembangan Islam di Asia Tenggara pada masa kolonial dimulai dari tahun 1511 Masehi ketika Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Perkembangan ini terus berlanjut hingga masing-masing negara di Asia Tenggara merdeka. Masa kolonial menjadi masa pasang-surut bagi perkembangan Islam di Asia Tenggara. Hal ini dapat terlihat dari terjadinya kemunduran dan runtuhnya kesultanan Islam. Di negara seperti Singapura, perkembangan ini sempat mengalami kemunduran karena peraturan penjajahan. Meski begitu, gerakan perjuangan kemerdekaan berbasis Islam kerap dilakukan, seperti Perang Aceh dan Perang Diponegoro (Dahlan, 2013).
- Perkembangan Islam di Asia Tenggara Pasca Masa Kolonial
Setelah penjajahan berakhir, perkembangan Islam kian mengalami peningkatan yang signifikan, baik di negara mayoritas maupun minoritas. Hal ini ditandai dengan berdirinya berbagai organisasi keislaman, seperti Majelis Ugama Islam Singapura dan Belia Islam Malaysia. Seiring berkembangnya zaman, organisasi Islam terus berkembang dan mengalami dinamika positif yang signifikan, termasuk di Indonesia (Dahlan, 2013). Masa-masa pasca kolonial menjadi era kebangkitan bagi perkembangan Islam di sekitar kawasan Asia Tenggara.
- Faktor Pendukung dan Penghambat
Perkembangan Islam di Asia Tenggara mengalami pasang-surut yang signifikan, terutama dari masa peralihan sebelum kolonialisme ke kolonialisme hingga akhirnya bebas dari penjajahan. Terdapat beberapa faktor yang mendukung perkembangan Islam di Asia Tenggara, salah satunya adalah faktor kebudayaan dan tradisi khas timur. Adanya kebudayaan khas timur yang sejalan dengan ajaran Islam mendorong perkembangan Islam yang semakin pesat (Amin & Ananda, 2018). Faktor lainnya adalah jalur perdagangan dan pelayaran, jalur perkawinan dengan masyarakat muslim, pendidikan, berkembangnya dakwah, politik, dan kesenian (Pratomo dkk., 2023). Selain faktor pendukung, juga terdapat beberapa faktor penghambat, seperti ajaran Islam yang tidak selalu diterima dengan baik oleh sebagian masyarakat, kepercayaan mistis dan gaib, serta perbedaan budaya (Putri dkk., 2022).
- Teori-teori Islamisasi
Menurut beberapa ahli, Islam masuk ke Nusantara dan negara-negara Asia Tenggara lainnya melalui beberapa jalur. Dikarenakan perbedaan pendapat antar ahli, muncul berbagai teori islamisasi. Salah satunya adalah Teori Gujarat yang dicetuskan oleh Hurgronje bahwa, Islam masuk dari Gujarat, India ke Asia Tenggara karena wilayah yang strategis. Teori lainnya adalah Teori Arab yang menyatakan bahwa, Islam berasal dari Mekkah dan dibawa oleh pedagang setempat. Selanjutnya, juga ada Teori Persia oleh Hoesin Djajadiningrat yang beranggapan bahwa, masyarakat Islam di Asia Tenggara memiliki kesamaan dengan yang ada di Persia. Terakhir, Teori Cina yang melibatkan peran etnis Tionghoa (Permatasari & Hudaidah, 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H