Biasanya, saya mengumpulkan hasil cetak draft yang sudah tidak terpakai secara terpisah. Daripada menumpuk di rumah, draft tersebut saya jual agar dapat diolah dan tidak berakhir menjadi sampah di TPA. Sampah yang menumpuk di TPA akan akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan emisi gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) yang dapat menyebabkan pemanasan global.
5. Membeli Bahan Pangan Lokal
Gerakan zero waste menjadi penting untuk memerangi sampah dan mendukung NZE. Alih-alih  membeli bahan pangan dalam kemasan di supermarket besar dan menumpuknya dalam lemari pendingin, saya lebih suka menenteng keranjang belanja ke pasar tradisional. Saya membeli secukupnya saja karena kualitas buah, sayuran, ikan, dan daging segar akan menurun bila terlalu lama disimpan dalam lemari pendingin.
Alasan lainnya, berbelanja di pasar tradisional juga akan meningkatkan pendapatan pedagang dan petani lokal. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Saat berbelanja di pasar tradisional, saya menggunakan keranjang belanja untuk mengurangi penggunaan plastik. Saya hanya menggunakan plastik ketika benar-benar perlu saja.
6. Mengenakan Masker Kain
Selama pandemi berlangsung, masker sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Setiap keluar dari rumah, saya selalu menggunakan masker. Saya menyadari betul bahwa setiap masker yang dibuang akan menambah timbunan sampah di TPA. Karena itulah saya sering menggunakan masker kain yang dapat dicuci dan dipakai kembali.
Tidak hanya dapat mengurangi sampah, membeli dan mengenakan masker kain juga dapat membantu meningkatkan penghasilan para perajin. Selain terlihat menarik saat digunakan, masker kain dengan corak etnik daerah tertentu dapat menjadi sarana promosi budaya.
7. Menyimpan Plastik untuk Digunakan Kembali