2. Menggunakan Peralatan MakanÂ
Membawa bekal menjadi pilihan bagi saya agar makanan yang saya konsumsi tetap higienis di masa pandemi. Jika nasi bungkus, nasi kotak, atau nasi yang dikemas dalam styrofoam menyisakan sampah, maka wadah bekal dapat dicuci dan digunakan berulang-ulang. Hal ini juga berlaku untuk peralatan makan lainnya seperti sendok dan garpu. Selain itu, membawa botol minuman dari rumah dapat dilakukan untuk menghindari sampah kemasan minuman.
Alih-alih membeli makanan siap saji lewat pesan antar, saya lebih sering memasak makanan sendiri di rumah. Dengan cara ini, saya bisa menyediakan menu favorit dan makanan bergizi untuk keluarga. Alasan lainnya, kemasan makanan yang dipesan akan menambah sampah rumah tangga. Untuk mengurangi sampah, saya juga menghindari penggunaan minuman dalam kemasan di rumah.
3. Memilah dan Mengolah Sampah
Kebiasaan untuk memilah sampah sudah saya lakukan selama bertahun-tahun. Saya memisahkan sampah organik dan menjadikannya sebagai kompos untuk menyuburkan tanaman di pekarangan. Selain lebih ekonomis dibanding pupuk kimia, cara ini juga efektif untuk mengurangi sampah rumah tangga. Sementara itu, sampah anorganik saya kumpulkan secara terpisah karena beberapa jenis sampah ini masih memiliki nilai ekonomis.
Jika memungkinkan, sebagian dari sampah anorganik tersebut saya manfaatkan kembali (reuse). Misalnya, saya menjadikan kaleng bekas sebagai tempat alat tulis di meja kerja. Jika dikemas dengan baik, ternyata kaleng bekas juga dapat tampil menarik, tak kalah dengan tempat alat tulis yang dijual di pasaran.
4. Mencetak pada Kedua Sisi Kertas
Saya sering menggunakan cara ini untuk mencetak draft dokumen pekerjaan. Sebelum final, biasanya draft tersebut masih membutuhkan sejumlah perbaikan. Karena itu saya mencetak draft di kedua sisi kertas untuk melakukan penghematan dan mengurangi sampah. Setelah draft tersebut saya koreksi secara manual, barulah saya mencetaknya di atas kertas baru.