Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perangi Perilaku Konsumtif dengan Asuransi!

15 November 2016   16:39 Diperbarui: 20 Desember 2016   14:20 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Bahan Paparan Kompasiana Nanngkring Bersama Bumiputera di Medan

Akhir-akhir ini, produk-produk baru berbagai jenis kebutuhan manusia terus bermunculan. Produk-produk tersebut lahir berkat inovasi dan ‘hasrat’ untuk memanjakan konsumen. Produsen berlomba-lomba meng-klaim bahwa produk mereka memiliki keunggulan dari produk sejenis lainnya. Segala upaya dilakukan demi merebut hati calon konsumen. Tujuan akhirnya tak lain adalah demi mengumpulkan laba dalam pundi-pundi perusahaan.

Tak dapat dipungkiri, media turut andil dalam gencarnya promosi tersebut. Pernahkah kita menghitung jumlah iklan produk yang ditayangkan di televisi setiap harinya? Atau, lihatlah koran, majalah, media sosial, atau media online hari ini. Beragam tampilan iklan produk sungguh memikat mata. Kadang-kadang, promosi tersebut diimbuhi dengan hadiah yang menarik. Rasanya sulit untuk tidak tergoda.

Belum lagi bila kita sering mengunjungi department store, mini market, supermarket, hingga hypermarkets. Box-box berisi tumpukan-tumpukan pakaian dengan diskon yang menggiurkan semakin mudah ditemui. Jika membeli produk (biasanya dengan syarat tertentu), anda bisa mendapatkan produk lainnya. Gratis. Sebelum masuk pun, calon pembeli sudah ‘ditawari’ diskon menggoda lewat spanduk dan baliho berukuran besar yang mencolok mata. Supermarket dan pusat-pusat perbelanjaan semakin gencar ‘bermain strategi’ untuk merebut loyalitas pembeli. Kartu member dan perolehan point menjadi tren yang tak pelak menjadi sumber keuntungan baru bagi perusahaan retail.

Sumber Ilustrasi: Radar Bolmong
Sumber Ilustrasi: Radar Bolmong
Lupa membawa uang tunai? Jangan khawatir, anda dapat berbelanja dengan menggunakan kartu kredit atau debit. Kasir akan melayani anda dengan ramah. Atau, bila lebih nyaman berbelanja menggunakan uang tunai, anda tinggal mengunjungi ATM terdekat. Kemudahan-kemudahan tersebut tentu semakin mempermudah kita ketika berbelanja, namun bila tidak berhati-hati, pos pengeluaran keluarga setiap bulannya akan membengkak dan tak terkendali. Hal-hal ini jelas menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat mengelola keuangan keluarga secara bijaksana setiap harinya.

Apa Itu Perilaku Konsumtif?

YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) memberikan batasan perilaku konsumtif sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Perilaku konsumtif sendiri dapat ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata (Sumartono, 2002).

Sumber Ilustrasi: Bahan Paparan Kompasiana Nangkring Bersama Bumiputera di Medan
Sumber Ilustrasi: Bahan Paparan Kompasiana Nangkring Bersama Bumiputera di Medan
Era konsumsi tinggi merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keberagaman sekaligus. Pada tahap inilah, budaya komsumtif mulai hadir dan mengakar di tengah-tengah masyarakat, karena masyarakat sudah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi kepada masalah produksi.

Perilaku konsumtif sendiri dapat dibedakan menjadi: (1) Konsumsi adiktif (addictive consumption), yaitu mengkonsumsi barang atau jasa kerena ketagihan; (2) Konsumsi kompulsif (compulsive consumption), yaitu berbelanja secara terus menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli; dan (3) Pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying). Pada impulse buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu. Pembelian produk atau jasa tersebut biasanya dilakukan tanpa perencanaan.

Kebutuhan Versus Perilaku Konsumtif dalam Keluarga

Dewasa ini, kebutuhan setiap orang semakin beragam seiring dengan tuntutan zaman. Gaya hidup menjadi identitas sekaligus tolak ukur kesuksesan seseorang. Individu-individu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang dengan penghasilan yang dapat mencukupi semua kebutuhan. Hal itu juga berlaku dalam sebuah keluarga.

Selain papan, sandang dan papan, kebutuhan keluarga saat ini juga mencakup antara lain: komunikasi, transportasi, pendidikan, kesehatan dan investasi. Berbagai kebutuhan dalam keluarga ini sebaiknya diselaraskan dengan besaran penghasilan. Jika ada keinginan yang ingin dipenuhi, hendaknya pemenuhan keinginan tersebut tidak lantas mengabaikan kebutuhan utama keluarga. Dengan kata lain, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun