Kau dan Rinai
Â
Hujan meluncur jatuh lewat ujung-ujung atap seng saat kita terjaga.Â
Lapar. Kata yang lebih ngilu dari perpisahan.Â
Apa yang harus kulakukan?
Andai bulir yang jatuh mampu kusulap menjadi butir mutiara
Sungguh, maafkanlah.
Kau yang kupersunting tak kumahkotai dengan bunga.Â
Kedunguan ini melebihi niatku.
Mari mendekat, Sayang.Â
Riuh rinai sedang berdendang.Â
Menghalau nyeri yang sedari tadi ingin merajam kita.
***
Tepian DanauMu, 24 Oktober 2016
Â
Kau dan Nyala
Â
percuma kau titip rindu pada pesan-pesan bisu
seumpama nyala, adakah reda bila berkecamuk bara?
sia-sia kau kungkung rasa dalam ruang-ruang hampa
seumpama sendu, akankah punah jika meronta jiwa?
ini hati, bukan secuil roti
***
Tepian DanauMu, 24 Oktober 2016