Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jika AKU Bukan DIA [Sepuluh-Pertemuan Kedua]

11 September 2016   10:06 Diperbarui: 13 September 2016   17:16 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: wallcoo.net

Callista mengamati rekan baru Green. Cantik dan ramah. Perasaan gelisah mengganggu benaknya. Cemburu? Entahlah. Callista buru-buru menghalau kegelisahan itu dari benaknya. Ia gembira mendengar lelaki itu bersedia meluangkan waktu untuknya. Terlebih ketika Green menanggalkan celemeknya dan mengajaknya menuju salah satu meja di pojok kafe itu.

“Kau yakin ini tidak mengganggu pekerjaanmu?” tanya Callista cemas. Ia tak ingin Green mengalami kesulitan karena dirinya.

“Tidak akan. Kafe sedang tidak terlalu ramai. Tenang saja.”

“Oke,” sahut Callista singkat sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya. Dalam hati, ia bersyukur telah mengenakan gaun terbaru miliknya. Paling tidak ia sudah menunjukkan penampilan terbaiknya ketika berada dan berbincang sedekat ini dengan Green. Bisa jadi ini akan menjadi kencan pertama mereka. Kencan pertama? Tiba-tiba Callista merasa sepasang pipinya merona.

“Mengapa wajahmu bersemu?” tanya Green, “ada apa?”

“Oh, tidak,” kata Callista sambil mencubit pahanya sendiri. Bodoh sekali. Bertingkah seperti ini di depan lelaki pujaannya.

“Boleh aku bertanya?”

“Silakan.”

“Pada pertemuan pertama kita kemarin, kau mendadak kebingungan dan pergi buru-buru. Ada apa sebenarnya?”

Ingatan waktu itu samar-samar mendatangi benaknya. Pertemuan pertamanya dengan Green malam itu. Callista sedang menyampaikan niatnya untuk mempelajari latte art sambil menatap wajah lelaki itu ketika tiba-tiba seorang pelayan menyenggolnya. Lalu waktunya diambil alih oleh gadis pemalu itu. Bagaimana ia harus menjelaskan hal ini pada Green? Peluh mulai menitik di dahinya. Ia harus mendapatkan alasan meyakinkan agar lelaki itu tidak curiga.

“Callista? Kau mendengarku?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun