“Syukurlah kalau begitu. Jadi, mulai sekarang Brian resmi menjadi calon adik iparmu?”
“Memangnya kau sudah siap menikah?” balas Cora.
Jane tersipu. “Soal itu, aku belum bisa jawab, Sis... Kau tahu sendiri alasannya.”
“Iya, tentu saja aku tahu. Jika ada lelaki yang lebih menarik, tentu…”
“Brian berbeda,” sela Jane, “ini bisa dibilang semacam perjodohan. Menurutku… Papa sangat menyukainya.”
“Dan kau tidak?”
“Uhuk!” Jane terbatuk. “Tentu saja aku menyukainya. Kalau tidak, mana mungkin aku mau menjadi kekasihnya.”
Cora tertawa kecil. “Kadang-kadang aku iri padamu. Mudah bagimu untuk menyukai seseorang. Sedangkan aku? Hmmm…”
“Kau nggak sedang menyindirku, kan?”
“Aku serius.” Cora menyentuh lengan adiknya. “Sesekali… terbersit keinginan untuk merasakan kebahagiaan yang kau rasakan.” Ia tersenyum malu.
“Oh My God! Akhirnya kakakku tercinta ingin merasakan jatuh cinta!” sorak Jane. Gadis itu beranjak dari pembaringan lalu berputar-putar bak penari balet.