Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mantap Menikah pada Usia Ideal

22 Agustus 2016   23:51 Diperbarui: 1 September 2016   13:07 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu, salah seorang pegawai di toko saya menemui saya dengan mata berlinang. Gadis remaja berusia 16 tahun itu (sebut saja namanya Sri), berpamitan untuk berhenti bekerja karena akan menikah. Kabar itu sangat mengejutkan saya, mengingat usianya yang masih belia. 

Jujur saja, saya merasa kehilangan karena gadis putus sekolah itu rajin dan ulet dalam bekerja. Ketika menghadiri pesta pernikahannya, barulah saya tahu bahwa gadis itu ternyata sedang hamil. Usia suaminya sendiri hanya terpaut 3 tahun. Saya akhirnya geleng-geleng kepala saat mendengar kabar bahwa Sri ditinggalkan oleh suaminya dalam kondisi hamil tua beberapa bulan kemudian. Mereka lalu bercerai.

Potret buram pernikahan di atas tak terlepas dari fakta bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, batas usia menikah bagi perempuan ialah 16 tahun dan pria 19 tahun.  Seiring perkembangan zaman, hal tersebut mengundang keprihatinan berbagai kalangan di Tanah Air. Keprihatinan tersebut bukan tanpa alasan karena remaja adalah tonggak penting untuk kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, langkah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadikan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII sebagai momentum untuk menggaungkan menikah di usia ideal, adalah upaya yang sepatutnya mendapat dukungan dari seluruh pihak terkait.

Hasil survei indikator kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) program Kependudukan dan Keluarga Berencana 2015 menunjukkan bahwa 19,2 persen remaja menikah di bawah usia 22 tahun, sedangkan remaja pria 46,2 persen merencanakan menikah pada usia 20-25 tahun. 

Sedangkan Sensus Nasional pada tahun 2012 yang merupakan hasil kerjasama dengan Badan PBB urusan anak-anak (UNICEF), menunjukkan bahwa satu dari empat anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Hasil survei juga menunjukkan bahwa di sejumlah daerah, remaja perempuan berusia 15 tahun sudah menikah.

Hasil survei dan sensus di atas tentunya masih jauh dari apa yang dicita-citakan. Karena sesuai kampanye BKKBN, usia menikah ideal bagi perempuan minimal 21 tahun dan pria minimal 25 tahun dengan alasan, usia tersebut menunjukkan kematangan biologis, psikologis dan fisik. Karena itulah, BKKBN melakukan upaya rebranding program Generasi Berencana (GenRe) untuk merespons permasalahan tersebut, di mana perkawinan pada usia ideal masuk pada substansi: Katakan tidak pada Nikah Dini.

Sumber Ilustrasi: posyandupermataku.wordpress.com
Sumber Ilustrasi: posyandupermataku.wordpress.com
Mengapa Menikah pada Usia Dini?

Alasan yang mendasari remaja melakukan pernikahan dini mencakup aspek yang luas. Tingkat pendidikan yang rendah, kebutuhan ekonomi, kultur nikah muda, pernikahan yang sudah diatur (perjodohan) dan seks bebas pada remaja yang berdampak pada kehamilan di luar nikah adalah beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan pada usia dini terjadi.

Tak dapat dipungkiri, derasnya arus informasi baik di media online, cetak, maupun elektronik sangat berperan penting. Tanpa adanya pengawasan dari orangtua, keluarga, maupun tenaga pendidik, remaja menyerap semua informasi tanpa filter. Akibatnya, mereka kehilangan pegangan dan menganggap bahwa seks bebas bukan lagi hal yang tabu. Hal tersebut didukung oleh lingkungan pergaulan, misalnya teman-teman sebaya yang berpikir liberal atau bahkan mengkonsumsi napza. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan sekolah yang semakin kompetitif juga dapat membuat remaja merasa tertekan, sehingga mereka mencari pelarian pada seks bebas yang dapat berujung pada pernikahan usia dini.

Mengapa Harus Menikah pada Usia Ideal?

Berikut ini beberapa alasan yang mendasari pentingnya menikah pada usia ideal, yaitu:

Kesehatan

Pada usia di bawah 20 tahun, sel-sel reproduksi pria dan wanita belum matang karena pada proses tumbuh kembang masih terjadi. Itulah alasan mengapa pada usia tersebut wanita berisiko tinggi mengalami kondisi kesehatan buruk saat hamil dan melahirkan. Selain itu, kondisi sel telur yang belum sempurna dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan janin. 

Tekanan darah tinggi pada ibu hamil, kanker mulut rahim, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan tingkat kematian ibu yang tinggi adalah beberapa risiko yang mungkin akan timbul. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia meningkat dari lima tahun sebelumnya, dari 228 orang per 100.000 persalinan menjadi 359 orang per 100.000. Program GenRe membantu penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja agar menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

Pendidikan

Usia remaja adalah masa gemilang. Sebagai tonggak bangsa, remaja diharapkan dapat meraih ilmu yang setinggi-tingginya untuk bekal masa depan. Pada usia ini, remaja dapat diarahkan untuk merencanakan hidupnya sejak dini. Pernikahan dini akan menyebabkan remaja putus atau berhenti meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, kemungkinan putus sekolah akan lebih tinggi untuk anak-anak yang ibunya tidak memiliki pendidikan. Hal ini disebabkan karena sosok ibu adalah panutan sekaligus pengajar bagi anak-anaknya. Fenomena ini akan berdampak negatif bagi kemajuan bangsa Indonesia bila terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kematangan Psikologis

Usia turut mempengaruhi kematangan psikologis seseorang, terutama dalam pengambilan keputusan, misalnya ketika merencanakan jumlah anak atau menyelesaikan konflik dalam rumah tangga tanpa adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kematangan psikologis selanjutnya berdampak pada rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Selanjutnya, pribadi yang matang akan mampu mengayomi, dan menjadi panutan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Karir

Menikah seharusnya bukan menjadi akhir bagi pengembangan dan aktualisasi diri. Menyelesaikan jenjang perguruan tinggi sebelum menikah merupakan langkah awal menuju kemapanan finansial dan masa depan yang lebih baik. Nikah Ideal sambil bekerja, mengapa tidak?

Deklarasi Remaja dalam Pendewasaan Usia Perkawinan, Penanggulangan HIV-AIDS, Penyalahgunaan Narkoba dan Kesehatan Reproduksi yang ditandai dengan penandatanganan para pemuda dan pemudi di spanduk raksasa pada puncak peringatan Hari keluarga Besar Nasional Harganas 2016 lalu di Kupang kiranya menjadi tonggak sejarah bagi remaja Indonesia. Melalui Program GenRe, mari kita wujudkan generasi emas, yakni mengenyam pendidikan setinggi mungkin, memiliki pekerjaan kompetitif, menikah secara terencana, aktif dalam kehidupan masyarakat dan menjalankan pola hidup sehat sehari-hari, demi mewujudkan remaja dan generasi muda yang berdaya saing.

***

Facebook: Fitri Manalu

Twitter: @fitmanalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun