Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Senja dalam Secangkir Kopi

2 Maret 2016   13:27 Diperbarui: 2 Maret 2016   16:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Sumber Ilustrasi: hellomakassar.com"][/caption]

Minggu pertama: terinspirasi oleh puisi

Senja tiba lagi dalam secangkir kopi. Lalu merambat turun pada tetes-tetes hujan di pekarangan. Sepasang mataku terpejam sambil menghirup dalam-dalam aroma petrichor[1] yang kurindukan. Anganku melayang pada suatu pertemuan. Pada senja-senja masa lalu. Padamu. Sebelum kita terempas dalam kebisuan. Meninggikan ego-ego yang kian membatu lalu terkapar sekarat dalam diam.

Sederet nada berdenting dari kotak musik di sudut ruangan. Melambungkan angan, melintasi segala kenang. Meliuk dan menukik, lalu melembut seirama hembusan nafas. Menikah dengan aroma kopi dan tetes-tetes yang menggetarkan rindu. Jiwa kian samar, tersesat hasrat luruh dalam dekapan rasa. Seolah enggan beringsut dari mimpi yang telah pergi. Kamu.

Aroma kopi mengajakku membuka mata. Senja masih berada di dalamnya. Bercampur kenangan yang meruah tentangmu. Kusesap perlahan sambil menatap ke ujung jalan. Berharap kamu muncul tiba-tiba seperti keajaiban dan merengkuhku dalam pelukan. Seperti senja yang sudah-sudah. Ketika tembok-tembok belum berdiri angkuh dan amarah belum menjelma menjadi badai.

Lihatlah! Kopi ini hitam. Sepekat rindu yang membelengguku. Bukan untukmu. Sengaja kubuat hanya untukku. Tolong, katakan padaku. Sudahkah kamu menghirup kopi senja ini? Atau, kamu masih mengingkari kehadiran senja dalam secangkir kopi?

Sepasang mataku mulai terpejam. Tubuhku mulai membeku. Tak lama lagi, nafasku akan terhenti. Kemarilah, bisikkan padaku. Sudahkah kamu mengenangku hari ini?

***

Tepian DanauMu, 2 Maret 2016


[1] Salah satu bau alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang kering.

Sumber Inspirasi:

Kopi Sore, Sepotong Rindu Berwarna Hitam

Oleh: Resh Regia Romero

Sayang, senja ini telah kulingkari dengan ingatanku akanmu

Kita mungkin tak pernah pulang pada pagi kemarin

Tetapi aku bertaruh, akan selalu ada pagi pada esok dan setelahnya

Matahari masih datang dari timur sayang  

 

Senja ini aku hampir kesepian

Mungkin ihwal hujan belum juga menyapaku, menyapa kita

Ada kopi yang baru kuseduh

Masih hangat, dan aromanya masih kuat menari di kamar ini, Sayang  

Hitam, Sayang  

 

Maukah kau cicipi juga hitamnya?

Ah, Gelombang* di tangan seperti sedang menertawaiku, haha

Biar saja, aku tak peduli Ia tak tahu apa-apa soal kopi, kan?

Soal sepotong rindu berwarna hitam, kan?      

*** 

Gang Kabel, Februari 2016   

catatan : *Sebuah novel

[1] Salah satu bau alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang kering.

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

 [caption caption="Sumber Ilustrasi: RumpiesTheClub@dok"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun