Mohon tunggu...
Fitri Kurnia Mayasari
Fitri Kurnia Mayasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya bermain bulutangkis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Utang Luar Negeri untuk Biaya Pembangunan Infrastruktur Waduk Jatigede di Indonesia

1 Juni 2024   18:24 Diperbarui: 1 Juni 2024   18:30 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Hutang adalah sejumlah uang atau sumber daya lain yang dipinjam oleh satu pihak dari pihak lain. Hutang biasanya diasumsikan dengan janji untuk membayar kembali jumlah yang dipinjam ditambah bunga tambahan dan biaya lainnya. Hutang secara garis besar dapat dibagi menjadi  hutang jangka pendek, yang harus dilunasi dalam waktu singkat, biasanya dalam waktu satu tahun, dan hutang jangka panjang, yang  jangka waktu pembayarannya satu tahun atau lebih. 

Hutang dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pinjaman bank, obligasi, dan kartu kredit. Utang luar negeri adalah  utang yang ditanggung suatu negara dari kreditor atau pemberi pinjaman asing. Negara dapat meminjam utang luar negeri untuk berbagai tujuan, termasuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, pembiayaan layanan kesehatan, dan bahkan pembiayaan defisit anggaran. 

Utang luar negeri dapat berasal dari lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) atau Bank Dunia, pemerintah negara lain, atau sektor swasta  negara lain. Utang luar negeri umumnya harus dibayar kembali pada tingkat bunga yang  disepakati,  seringkali dalam mata uang asing, yang dapat mengakibatkan  fluktuasi nilai tukar  negara peminjam. 

Oleh karena itu, pengelolaan utang luar negeri merupakan  aspek penting dalam kebijakan perekonomian suatu negara. Utang luar negeri untuk pembangunan infrastruktur  Indonesia mengacu pada pinjaman yang  pemerintah Indonesia pinjam dari lembaga keuangan internasional, pemerintah negara lain, atau sektor swasta asing untuk membiayai proyek infrastruktur  dalam negeri. 

Proyek infrastruktur tersebut meliputi pembangunan jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, fasilitas kelistrikan, sistem angkutan massal, dan banyak lagi. Perluasan infrastruktur  sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Namun, pembangunan infrastruktur memerlukan investasi besar yang seringkali melebihi anggaran yang tersedia dari sumber dalam negeri. 

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia seringkali mengambil utang luar negeri untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi utang luar negeri untuk pembangunan infrastruktur, untuk memastikan bahwa proyek-proyek ini memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi perekonomian dan masyarakat dan dikelola  dengan baik secara finansial untuk menghindari beban utang yang berlebihan di masa depan, diperlukan perencanaan yang matang.

Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang mengalami pembangunan yang intensif. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Karena infrastruktur merupakan aset terpenting yang menopang perekonomian dan keadaan sosial  suatu negara. Perluasan infrastruktur ini memerlukan modal yang besar, triliunan, bukan jutaan, yang harus dikeluarkan untuk membiayai perluasan infrastruktur tersebut. 

Jika APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) tidak mencukupi untuk membiayai pembangunan infrastruktur, maka solusi  untuk meningkatkan biaya pembangunan pemerintah memerlukan intervensi sektor swasta, dan diperlukan utang luar negeri. Namun pada kenyataannya, pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung di Indonesia agak terhambat karena belum disusunnya rencana keuangan untuk pembangunan proyek infrastruktur yang sedang dilaksanakan. 

Prioritas juga akan diberikan pada pembangunan infrastruktur  untuk menyediakan infrastruktur layanan penting di bidang pendidikan dan kesehatan, serta untuk menyelesaikan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertunda karena pandemi. Fokus lain pembangunan infrastruktur ke depan adalah  percepatan penyelesaian pembangunan Ibukota Negara Republik Indonesia (IKN) secara bertahap dan berkelanjutan, serta mendukung pemerataan dan penguatan akses teknologi informasi dan komunikasi.  Sepanjang tahun 2013 hingga 2023, SBSN  berhasil mengalokasikan total Rp 209,82 triliun dan mendukung pengembangan 5.163 proyek  di 38 negara. 

Proyek ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pembiayaan berbasis syariah dan membawa banyak manfaat bagi masyarakat.  Proyek yang dibiayai melalui SBSN meliputi 699 proyek infrastruktur jalan dan jembatan senilai Rp 73,37 triliun, 749 proyek infrastruktur perairan senilai Rp 36,62 triliun, 217 proyek infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara.  Selain itu, terdapat juga  286 proyek  infrastruktur dan pelayanan sosial yang didanai melalui SBSN. 

 Alokasi pendanaan proyek SBSN pada APBN  2024  sebesar Rp 32,895 miliar. Fokus alokasinya tetap  pada pelaksanaan langsung agenda pembangunan dalam RPJMN 2020-2024, khususnya pada proyek-proyek prioritas strategis dengan mempertimbangkan kapasitas pelaksanaan dan kesiapan pelaksanaan K/lembaga.  

Penerbitan SBSN proyek tidak hanya mendukung pemenuhan pinjaman infrastruktur, tetapi juga membantu mendukung kemandirian pembiayaan. Peran proyek SBSN  sebagai alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi semakin penting dan  manfaatnya  dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Pembangunan infrastruktur waduk jati gede yang merupakan waduk kedua terbesar yang terletak di Sumedang, Jawa Barat. Pada Pembangunan proyek ini di biayai oleh China sebesar USD 215,62 juta dari CEXIM-China. Menteri Sumber Daya Alam Tiongkok mengatakan  Indonesia dan Tiongkok memiliki hubungan baik dan akan mempertimbangkan secara serius usulan tersebut. Jatigede merupakan pilot project kerjasama  Indonesia dan Tiongkok di bidang sumber daya air. 

"Kami berharap kedepannya akan ada lebih banyak proyek  pengelolaan air di Indonesia," tambah Cheng Lei, seperti dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR. Melalui pinjaman ini diharapkan Waduk Jatigede  menjadi solusi dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, khususnya masyarakat Jawa Barat. Pembangunan Waduk Jatigede dimulai pada tahun 2010. Luas Waduk Jatigede adalah 4.983 hektar. 

Waduk ini mampu mengairi 90.000 hektare dan meningkatkan hasil panen khususnya di wilayah Majalengka, Cirebon, dan Indramayu.Waduk ini merupakan proyek pembangunan infrastruktur  penting di Indonesia. Lokasinya berada di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. 

Tujuan utama dibangunnya waduk ini adalah untuk mengendalikan banjir, menyediakan air irigasi untuk pertanian, dan menghasilkan pembangkit listrik tenaga air. Waduk Jatigede mempunyai kapasitas yang sangat besar. Setelah pembangunannya selesai, waduk ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi daerah sekitarnya dalam hal pengendalian banjir, penyediaan air irigasi, bahkan pembangkit listrik. 

Pembangunan waduk ini akan memakan waktu yang sangat lama sehingga memerlukan penyelesaian berbagai tahapan pembangunan dan infrastruktur pendukung lainnya.

Oleh karena itu, Utang luar negeri ini sangat diperlukan untuk menambah anggaran guna membiayai pembangunan infrastruktur agar dapat berjalan  lancar dan cepat selesai. Penting untuk diingat bahwa utang luar negeri hanyalah salah satu cara untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan tidak  mutlak diperlukan. 

Namun, dalam banyak kasus, utang luar negeri bisa menjadi hal yang penting, bahkan menentukan, dalam mendukung kebutuhan pembangunan infrastruktur. Alasan mengapa utang luar negeri  dianggap penting untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memerlukan investasi besar, namun sumber daya dalam negeri seringkali tidak mencukupi untuk membiayai proyek-proyek tersebut. 

Utang luar negeri dapat memberikan tambahan sumber pembiayaan bagi pelaksanaan proyek infrastruktur  strategis. Beberapa proyek infrastruktur memerlukan keterampilan dan keahlian khusus yang  tidak tersedia di dalam negeri. Obligasi luar negeri  memberikan akses terhadap teknologi dan keahlian ini melalui pemberian kredit dari mitra internasional. 

Dalam beberapa kasus, pembangunan infrastruktur yang pesat dapat menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Utang luar negeri dapat mempercepat pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur penting. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan risiko yang terkait dengan utang luar negeri, seperti risiko mata uang dan risiko pembayaran kembali. 

Pengelolaan utang yang hati-hati dan transparan sangat penting untuk memastikan bahwa manfaat  utang luar negeri lebih besar daripada risikonya dan  digunakan secara efisien untuk mendukung kepentingan jangka panjang negara. Selain itu, penting  untuk mempertimbangkan opsi pendanaan lain dan mempertimbangkan keseimbangan antara utang luar negeri dan sumber  domestik lainnya. 

Pembangunan infrastruktur dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan mendukung pembangunan perekonomian. Hal ini merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia guna menjamin kesejahteraan masyarakat lokal dengan  daya dukung infrastruktur yang disediakan. Seiring membaiknya perekonomian Indonesia, hasil yang dicapai akan membantu pembayaran utang luar negeri dengan perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun