MENGANALISIS PERBEDAAN UNSUR INTRINSIK YANG TERKANDUNG DALAM HIKAYAT BATU BELAH BATU BETANGKUP DAN CERPEN ANAK YANG DURHAKA
Hikayat
http://teechconsult.typepad.com/kids/2013/02/dongeng-warisan-melayu-batu-belah-batu-bertangkup.html
UNSUR INTRINSIK
TEMA
Hikayat "Batu Belah Batu Betangkup" mengangkat tema tentang sosok anak yang durhaka terhadap orang tuanya.
AMANAT
Adapun hikayat diatas mengandung beberapa amanat yaitu:
1. Tidak sepantasnya kita berlama-lama berdiam diri didalam kesedihan karena itu akan membuat kita merasa depresi dan melemahkan iman kita sehingga lupa untuk mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Tuhan kepada kita. Padahal kita tau bahwa sudah sepatutnya kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan untuk selalu bersyukur dan tidak pernah melupakan rahmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Ini bisa dilihat dari kutipan berikut:
"Kesedihan, tekanan perasaan dan kedaifan hidup membuatkan Mak Tanjong terlupa akan rahmat Tuhan. Depresi yang terlalu lama dirasai membutakan hati Mak Tanjong akan dua keajaiban dalam hidupnya – Melor dan Pekan. Kasihan Mak Tanjong terus berasa keseorangan walaupun Pekan dan Melor sebenarnya amat dekat kepadanya.
2. Sebagai manusia kita tidak boleh bersifat egois dan hanya memikirkan diri sendiri, jadi saat kita diberi rezeki dimana rezeki didalam hikayat ini adalah berbentuk makanan sudah sepantasnya kita mensyukurinya bukan mengambil hak orang lain atau bersifat serakah. Ini bisa dilihat dari kutipan-kutipan berikut:
"Dik, telur ikan tak banyak. Nah, adik ambil bahagian kakak, ya?" Melor yang berusia 13 tahun itu berkorban demi melayan kehendak adiknya yang terlalu dimanja."
"Pekan makan telur ikan kakaknya dengan lahap. Mungkin kerana enak rasa telur ikan itu, mungkin juga kerana minda kanak-kanaknya yang belum matang, si Pekan mula merengek lagi sambil menangis yang dibuat-buat."
"Kan dah dapat... adik dah dapat. Adik dapat telur ikan! Adik dapat telur ikan!” teriak Pekan begitu gembira."
"Pekan!!!” jerit Melor. “Adik jangan makan telur tu! Kakak simpankan untuk mak telur tu, pekik Melor sambil cuba mengambil kembali telur goreng berkenaan."
3. Janganlah kita sebagai anak menyakiti perasaan ibu kita. Karena itu akan sangat melukainya. Seperti dijelaskan dalam kutipan berikut:
"Mak Tanjong bingkas berdiri. Dia memandang Melor dan Pekan dengan penuh rasa pilu lalu berjalan tidak bermaya menuju ke hutan. Hatinya bertambah sayu mengenangkan arwah suami. Mak Tanjong merasakan dirinya tidak disayangi lagi.Kesedihan membuat Mak Tanjong semakin yakin bahawa anak-anaknya teramat bencikan dirinya."
"Malangnya kasihan sudah hilang dari hati ibu tunggal itu. Tidak ada secebis pun rasa simpati buat Pekan dan Melor. Semuanya sudah diganti rasa hampa dan marah. Bagi Mak Tanjong, tidakkan ada kemaafan untuk anak-anak yang tidak mengenang budi. Sekuat-kuat hatinya Mak Tanjong menolak Pekan ke lantai hutan dan berlari sepantas yang termampu."
4. Saat kita di titipkan pesan oleh orang tua kita kiranya kita mendengarkannya dan tidak mengingkarinya agar tidak terjadi penyesalan dikemudian harinya. Ini dijelaskan dalam kutipan berikut:
"Tinggallah dua-beradik itu menangis, meraung sekuat hati. Namun, air mata darah sekali pun tidakkan dapat mengembalikan Mak Tanjong ke dunia. MakTanjong sudah mengambil nyawanya sendiri. Tinggallah Pekan dan Melor sebagai yatim piatu, hidup lara tidak terbela."
ALUR
Alur yang digunakan dalam hikayat diatas adalah alur maju yang menceritakan dari awal penyebab kemarahan Mak Tanjong kepada anaknya yang memakan telur ikan tembakul padahal ia sudah lama sekali menginginkan telur tersebut sampai akhirnya Mak Tanjong berlari kehutan dan masuk kedalam batu belah batu betangkup.
PENOKOHAN
Penokohan yang digunakan dalam hikayat diatas adalah penokohan dramatik atau tidak langsung yang di gambarkan melalui dialog antar tokoh dan prilaku tokoh. Dimana Melor memiliki watak penurut dan sabar, Mak Tanjong memiliki watak yang sensitif atau mudah tersinggung dan Pekan yang memiliki watak manja, egois, nakal, dan keras kepala. Ini jelas sekali digambarkan pada kutipab berikut:
Penokohan Melor:
"Selesai membuat gulai, Melor menggoreng pula telur ikan tembakul itu. Dia terus menyimpan sedikit telur ikan seperti pesanan Mak Tanjong."
"Dik, telur ikan tak banyak. Nah, adik ambil bahagian kakak, ya?” Melor yang berusia 13 tahun itu berkorban demi melayan kehendak adiknya yang terlalu dimanja."
Penokohan Pekan:
"Kak, telur dah habis. Minta lagi, minta lagi. Adik nak lagi!” rayu Pekan merengek-rengek."
"Kak, Pekan nak lagi. Nak lagi kak, nak lagi kak. Bagi telur ikan tu kak... Pekan nak, kak!” Pekan meraung-raung sambil menarik-narik tangan si Melor."
"Sayangnya, Pekan tetap mendesak dan terus menangis. Raungannya kuat kedengaran dan dia meronta-ronta di atas tikar mengkuang di lantai dapur mereka. Puas Melor memujuk Pekan tetapi si kecil nakal itu terus berdegil. Secara tiba-tiba, Pekan melompat dan mencuri telur ikan yang disimpan oleh Melor untuk ibu mereka."
"Kan dah dapat... adik dah dapat. Adik dapat telur ikan! Adik dapat telur ikan!” teriak Pekan begitu gembira."
Penokohan Mak Tanjong:
"Jadi? Jadi sikit pun tak ada untuk mak?” Mak Tanjong hampa.
"Mak dah lama mengidam makan telur ikan tembakul. Ya Tuhan, sedihnya hati... sanggup anak-anak mak lupakan mak... sanggup kamu berdua... sanggup kamu!"
"Mak Tanjong bingkas berdiri. Dia memandang Melor dan Pekan dengan penuh rasa pilu lalu berjalan tidak bermaya menuju ke hutan. Hatinya bertambah sayu mengenangkan arwah suami. Mak Tanjong merasakan dirinya tidak disayangi lagi. Kesedihan membuat Mak Tanjong semakin yakin bahawa anak-anaknya teramat bencikan dirinya."
"Mak Tanjong terlupa amanah yang diberi Tuhan. Mak Tanjong terlupa nikmat memberi kemaafan. Mak Tanjong nekad meninggalkan anak-anaknya, meninggalkan dunia kerana tidak dapat menikmati telur ikan tembakul."
TOKOH
Dalam hikayat diatas ada tiga tokoh yang berlaku sebagai tokoh utama yaitu Mak Tanjong, Melor, dan Pekan
LATAR
Latar yang terkandung di dalam hikayah ini adalah.
1. Latar tempat: bertempat di dapur dan di hutan.
2. Latar suasana: sedih
SUDUT PANDANG
Didalam hikayat ini sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tau.
Cerpen
http://media.ikhram.com/anak-yang-durhaka-pada-ibunya/
PERBEDAAN UNSUR INSTRINSIK
Ø TEMA
Hikayat"Batu Belah Batu Betangkup” dan cerpen"Anak yang Durhaka"memiliki tema yang sama yaitu tentang sosok anak yang durhaka kepada orang tuanya. Jadi tidak ada berbedaan dari segi tema.
Ø AMANAT
Walaupun memiliki tema yang sama namun amanat yang terkandung didalam hikayat dan cerpen ini tidak semuanya sama. Bila dihikayat memiliki amanah untuk terus beryukur akan nikmat yang diberikan Tuhan, tidak serakah dan mendengarkan pesan dari ibu agar tidak menyakiti hatinya, di dalam cerpen ini di sampaikan bahwa kita harus menyayangi ibu kita bagaimanapun keadaannya karena ialah yang telah melahirkan kita dan ialah orang yang rela mengorbankan apapun untuk kita tanpa pernah merasa menyesal karena melakukannya, ia adalah sosok yang rela menderita asalkan anaknya tidak menderita, dan ialah sosok yang selalu menginginkan kebahahagiaan untuk kita karena baginya bahagia kita adalah bahagianya.
Ø ALUR
Alur yang digunakan dalam hikayat dan cerpen diatas adalah alur maju yang menceritakan dari awal penyebab kemarahan Mak Tanjong kepada anaknya yang memakan telur ikan tembakul padahal ia sudah lama sekali menginginkan telur tersebut sampai akhirnya Mak Tanjong berlari kehutan dan masuk kedalam batu belah batu betangkup.
Sedangkan alur pada cerpen diatas adalah alur gabungan dari maju,mundur dan maju lagi. Dimana cerpen ini menceritakan kisah Dinda yang sering diejek oleh teman-temannya karena ibunya hanya memiliki satu mata dan itu membuat Dinda merasa malu hingga saat ia sudah lulus kuliah ia pergi ke singapura kemudian sukses dan menetap disana. akhirnya masuk koran dan ibunya mengetahui tentang itu dan merelakan tabungannya untuk pergi ke Singapura menemui anaknya namun di sana Dinda malah mengusir ibunya dan ibunya pun kembali pulang ke Indonesia. Hingga suatu saat Dinda menghadiri reuni SD di Indonesia dan mendapatkan kabar dari tentangganya yang dulu bahwa ibunya telah meningal dunia dan ia membaca surat dari ibunya yang menceritakan alasan mengapa ibunya hanya memiliki satu mata, disinilah kembali di ceritakan masalalunya dan dilanjutkan dengan alur maju lagi pada bagian:
"Dinda tidak bisa menepati janjinya. Dia menangis, tetapi dia sadar. Dia sudah memaki ibunya, padahal ibunya sudah sangat mengasihinya. Kasih ibunya tidak bisa dibeli. Dinda sadar, harusnya dia berterima kasih, bukan memaki ibunya."
Ø PENOKOHAN
Tokoh Melor memiliki watak penurut dan sabar, Mak Tanjong memiliki watak yang sensitif atau mudah tersinggung dan Pekan yang memiliki watak manja, egois, nakal, dan keras kepala. Sedangkan Tokoh Dinda dalam cerpen diatas adalah Kasar, dan egois.
Ø TOKOH
Ketiga Tokoh didalam hikayat diatas menjadi tokoh utama dan tanpa ada tokoh pembantu sementara didalam cerpen diatas Dinda dan Ibunya berperan sebagai tokoh utama dan ada tokoh tokoh pembatunya yaitu teman-temannya saat SD dan Tetangganya.
Ø LATAR
Latar yang ada didalam hikayat ialah :
- Latar tempat yaitu didapur dan dihutan
- Latar waktu yang tidak diceritakan secara jelas didalam cerita
- Dan latar suasana yang sedih
Sedangkan latar yang ada didalam cerpen ialah:
- Latar tempat yaitu di sekolah, singapura, dan di rumah
- Latar waktu yang tidak diceritakan secara jelas didalam cerita
- Dan latar suasana yang sedih
Ø SUDUT PANDANG
Sudut pandang hikayat"Batu Belah Batu Betakup" dan cerpen"Anak yang Durhaka" menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tau, jadi di dalam hikayat dan cerpen diatas tidak memiliki perbebedaan dalam segi sudut pandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H