Aku nikmati pemandangan indah di depanku. Para jamaah juga tampak sangat tertib memasuki masjid. Untuk menuju masjid apung ini, kami harus  melewati jembatan dengan hiasan lampu gantung di kanan kiri yang memukau.
Jembatan ini merupakan pintu gerbang menuju ke masjid. Masyarakat sekitar berbaur dengan para pengunjung sangat harmonis  berduyun-duyun memenuhi panggilan azan. Tampak para jamaah memadati masjid ini. Pengalaman pertamaku , shalat di masjid yang berada di atas laut dengan suasana yang sangat romantis.
Semua keindahan dan kenangan manis itu kini raib. Gempa dan tsunami yang menerjang kotaku ini kemarin malam tlah mengubah segalanya.
 Masih terbayang  kondisi saat itu. Kami dihentak sebuah goncangan dahsyat. Alam tergoncang memporak-porandakan semuanya. Pohon dan rumah ambruk. Diterbangkan angin bagai kapas.
Semua orang berhamburan berlari tanpa arah. Jeritan dan tangisan makin menyayat. Semua orang berusaha  menyelamatkan dirinya sendiri, tanpa peduli pada orang lain. Bahkan orang tua meninggalkan dan melupakan anaknya. Semua itu terdorong kepanikan dan keinginan menyelamatkan diri.
Manusia berhamburan, semua panik menyelamatkan diri .
Dalam pelarian tak tentu arah, mereka makin histeris saat tanah yang mereka injak terbelah .
Tanah terbuka lebar, sekitar 10 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter.
Pemandangan makin memilukan , beberapa orang terperosok ke dalam tanah. Mereka terkubur
hidup-hidup bersama rumah dan harta bendanya. Banyak korban yang tak mampu diselamatkan.
Aku ternganga, tak mampu berkata-kata. Â Seumur-umur baru kali ini aku melihat gempa