Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rapuh

26 Agustus 2017   11:39 Diperbarui: 29 Agustus 2017   08:23 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengikuti Hans dari belakang, sampai di ruang ICU, perawat melarang ku untuk masuk. Ku pandangi tubuh Hans sampai menghilang di balik pintu. Hanya doa ku menyertai mu Hans, aku benar-benar takut kehilangan mu.

Aku terduduk di lantai, air mataku tak terbendung lagi.

Ya Alloh..kenapa Engkau pertemukan kami dalam kondisi seperti ini?Tapi aku yakin, rencana-Mu pasti indah dan yang terbaik.  Namun aku  benar-benar menyesal tidak mampu berbuat apa-apa, sementara Hans sangat membutuhkan pertolongan ku. Andai sejak tadi aku tahu, pasien itu engkau Hans....

Tangis ku kembali meledak, aku benar-benar tak mampu menguasai diri, tiba-tiba sentuhan lembut di pundak ku, mata ku masih basah dengan air mata, ku tatap wajah manis seorang gadis remaja.

" Maaf mengganggu Bu, apakah ada pasien yang baru masuk ke ICU ?

" Ya, ada, Hans..." jawab ku terbata.

" Ibu mengenal Pak Hans ? Apakah ibu Ratih?"

" Ya, betul, kog kalian mengenal Ibu?"

" Iya Bu, Bapak pernah bercerita , hanya tiga wanita yang memanggil dengan panggilan itu, Bu Imas, Bu Ratih dan mama kami Bu Meysa".

Oh... rupanya Hans akhirnya menikah dengan Meysa? Ada rasa tak nyaman dalam hati ku, rasa tak rela dan kesal atas sikap Hans, kecewa pasti, tapi saat ini bukan waktunya mengikuti ego pribadi.Aku berusaha sekuat tenaga memperbaiki ekspresi ku, ku paksa tersenyum dan bersikap ramah , ku salami mereka , ku peluk dengan penuh kasih sayang.ada rasa sendu dan pilu menusuk sanubari ku.Tangis kami pecah kembali.

" Kalian putra-putri Maysa?, di mana Mama kalian, kenapa Hans ditinggalkan sendiri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun