Mohon tunggu...
FITRI HIDAYAH
FITRI HIDAYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di: Kemensos RI (2012-2024) DITAJENAD TNI AD (2024-Sekarang)

IAM THE ORDINARY ONE WHO REALLY WANT TO BE SPECIAL, BERUSAHA MENGUBAH SEMUA LELAH MENJADI LILLLAH AGAR MENJADI BERKAH

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kontribusi Sigaret Kretek Tangan (SKT) terhadap Serapan Tenaga Kerja di Indonesia

2 Desember 2023   01:41 Diperbarui: 2 Desember 2023   02:17 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usaha kecil dan menengah yang lebih padat karya dan tentunya memiliki lebih banyak karyawan tidak termasuk dalam tren ini. Jumlah pekerja industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) jauh lebih besar, kecuali di banyak industri tembakau skala kecil. Pasca krisis mata moneter tahun 1997-1998, sekitar 5.000 pabrik tembakau kretek baru, dibangun kembali. 

Kementerian Perindustrian juga menyajikan data tentang jumlah pekerja industri tembakau pada industri besar dan menengah pada tahun 2016 hingga 2020, serta jumlah pekerja pada industri penghasil rokok kretek (KBLI 16002), rokok putih (16003), dan rokok lainnya (16004). Jumlah tenaga kerja di bidang produksi rokok kretek jauh melebihi jumlah tenaga kerja di bidang rokok putih, tetapi kenyatanya jumlah tenaga kerja di bidang rokok putih justru semakin meningkat setiap tahunnya, dan jumlah tenaga kerja di bidang produksi rokok kretek mengalami naik turun. Jumlah karyawan di Rokok Kretek mencapai puncaknya pada tahun 2017 sebanyak 278.353 orang. Perusahaan manufaktur rokok lainnya juga mengalami naik turunnya jumlah karyawan. 

Demikian pula kemampuan perusahaan-perusahaan produk tembakau skala besar dan menengah dalam menyerap tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin. Industri rokok ini lebih banyak menyerap pekerja perempuan daripada pekerja laki-laki. Selama 1993-2016, rata-rata komposisi pekerja perempuan dan laki-laki berkisar antara 80 persen berbanding 20 persen. Jumlah pekerja perempuan tidak pernah dilampaui oleh pekerja laki-laki. Tahun 2011, jumlah pekerja perempuan adalah yang terbanyak, yakni 82,21 persen. Persentase pegawai laki-laki tertinggi pada tahun 2003 sebesar 20,70 persen. Namun, penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan di industri pengolahan tembakau skala besar dan menengah terus meningkat dari tahun ke tahun, kecuali sedikit penurunan pada tahun 2014.

Melihat kinerja industri rokok besar dan menengah pada tahun 2016 hingga tahun 2020, industri rokok kretek mencatat peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun selama periode tahun 2016 hingga tahun 2018, meskipun nilai produksinya pernah mengalami penurunan pada tahun 2019 hingga tahun 2020, yang juga diikuti dengan penurunan biaya input. Sedangkan nilai tambah bruto rokok kretek menunjukkan tren peningkatan kecuali pada tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rokok putih justru mengalami penurunan dari tahun 2017 hingga tahun 2018, ketika nilai produksi rokok kretek meningkat. Namun, unit usaha tembakau Kretek terus mengalami penurunan pada tahun 2017 hingga tahun 2019, dan jumlah karyawan justru mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018. Data BPS dan Kementerian Perindustrian tidak mencantumkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada industri kecil pengolahan tembakau. Oleh karena itu, data yang disajikan dapat dikatakan belum valid, tetapi masih dapat dipertanggungjawabkan. 

Diperkirakan operasional industri rokok dan sinergi yang terkait dengannya berkontribusi terhadap penciptaan 24,4 juta lapangan kerja, dan setidaknya 10 juta diantaranya terkena dampak langsung. Menurut Gabungan Pengusaha Pabrik Tembakau Indonesia (Gappri), jumlah pekerja tersebut (4.444) termasuk mereka yang bekerja di industri tembakau, yaitu sekitar 6.504.444 orang secara nasional. Saat ini, sekitar 350.000 orang terlibat langsung dalam produksi tembakau. Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) memperkirakan sekitar 6 juta orang bekerja di industri pengolahan tembakau, termasuk industri rokok. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) juga memperkirakan jumlah pekerja di industri rokok sekitar 6,1 juta orang, 80% di antaranya dialihdayakan ke bidang inti produksi rokok. 

Secara spesifik produksi rokok didominasi oleh rokok kretek sehingga industri rokok kretek menyerap 97 persen tenaga kerja industri rokok tanah air. Sebagian besar pekerja diserap ke dalam pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT), namun penurunan selama lima tahun membuat pangsa pasar hanya tinggal 30,5% pada tahun 2020. 

Pangsa pasar didominasi oleh Sigaret Kretek Mesin (SKM). Hal ini dikarenakan produksi SKM digunakan oleh raksasa-raksasa industri tembakau, namun beberapa perusahaan tersebut melakukan kerjasama di beberapa bidang dalam bentuk Mitra Produksi Tembakau (MPS), dan tenaga kerjanya sedikit banyak berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Beberapa perusahaan besar yang berpusat di Jawa Timur menyerap tenaga kerja terbanyak. Salah satu perusahaan rokok terbesar yang sudah lama berbasis dan beroperasi di Kediri ini pernah mengaku mempekerjakan 500.000 pekerja. Perusahaan tembakau dan anak perusahaannya berbasis di Surabaya dan saat ini mendominasi pangsa pasar dengan 27.000 karyawan. Dengan kerja sama produksi SKT dengan 38 unit MPS yang berlokasi di berbagai lokasi di Pulau Jawa, jumlahnya semakin besar dengan total mempekerjakan lebih dari 60.000 orang. 

Sementara itu, tiga pabrik perusahaan rokok Kretek terbesar di Malang yang tergolong SKT mempekerjakan 5.400 pekerja roll dari total tenaga kerja sebanyak 20.000 orang. Setidaknya ada 40 pabrik tembakau yang beroperasi di Lamongan yang juga merupakan daerah penghasil tembakau. Selain berkontribusi terhadap perekonomian lokal, perusahaan mempekerjakan 4.481 orang. Masih ada tenaga kerja lain yang terserap, seperti yang terjadi di Kabupaten Jember ketika ada investor besar yang bergerak membangun rencana pabrik tembakau di Desa Garahan, Distrik Silo. Diperkirakan akan mempekerjakan 6.000 orang di masa depan. Gappri menyatakan, jumlah petani tembakau 2,4 juta orang, petani cengkeh sekitar 1,5 juta orang, mereka yang terlibat dalam perdagangan rokok 1,2 juta orang, serta bagian transportasi, percetakan dan lain-lain mencapai 10 juta orang.  

Kontribusi Sigaret Kretek Tangan (SKT) terhadap Serapan Tenaga Kerja di Sektor Formal dan Kesejahteraan Para Tenaga Kerja di Dalamnya 

Sigaret kretek tangan (SKT), biasanya memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja khususnya di sektor formal dan dapat memberikan partisipasi positif terhadap kesejahtraan para tenaga kerja. Partisipasi SKT terhadap serapan tenaga kerja di sektor formal dan kesejahteraan tenaga kerja. SKT dapat meningkatkan serapan tenaga kerja dengan menciptakan lapang kerja di sektor formal dan ini akan mengurangi tingkat kemiskinan dan memberikan pelung bagi banyak orang. Dengan pekerjaan formal melalui SKT, kekuatan kerja dapat mengalami koherensi ekonomi yang tak terbatas. Keberadaan sigaret kretek tangan (SKT) dapat memberikan beberapa dampak positif terhadap perekonomian dan lingkungan, khususnya di Indonesia yang dimana SKT sangat digemari. Banyak pekerja yang terlibat dalam pendirian SKT, mulai dari petani tembakau, pekerja produksi, dan penjual eceran. Hal ini menciptakan ruang untuk berbagai tahap produksi. Pabrikan SKT memberikan penghasilan tambahan kepada petani tembakau dan pekerja di sektor terkait sehingga meningkatkan daya beli masyarakat lokal. SKT merupakan salah satu produsen terbesar di Indonesia dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemerintah melalui pajak. Pajak dari kreasi memiliki dedikasi sangat besar terhadap penerimaan negara. Pajak ini digunakan untuk mendukung berbagai program pemerintah, seperti infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. Industri SKT mengandalkan bahan baku tembakau yang sering ditanam secara lokal, dan mendukung ekonomi daerah. Selain Pabrikasi rokok industri SKT menghidupkan industri pendukung seperti perusahan kemasan, logistik, dan periklanan. 

Kretek adalah jenis tembakau asli indonesia, yang dikenal dengan campuran tembakau, cengkeh, dan rempah-rempah yang digunakan dalam kreasi. Kretek imitasi tagan disini menunjuk pada kretek yang di kreasi secara konservatif dengan tangan, tanpa menggunakan alat mesin impulsif. Kendatipun pabrikasi ini merasi yang sangat penting dalam budaya, sejarah, dan ekonomi indonesia simultan beberapa dasawarsa dan memainkan instruksi esensial bermutu mengawasi koherensi ekonomi nasional dalam beberapa hal masalah kesehatan yang terkait dengan konsumsi kretek juga harus dipertimbangkan. Manufaktur sigaret kretek tangan (SKT) menyediakan lapangan pekerjaan bagi ribuan orang di seluruh indonesia. Sejumlah besar pekerja terampil di pekerjakan dalam proses manufaktur, yang meliputi pengemas kretek manual. Selain itu, manufaktur ini juga menciptakan lapangan kerja di sektor-sektor terkait, seperti petani tembakau yang memasok bahan baku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun