Mohon tunggu...
FITRI HIDAYAH
FITRI HIDAYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di: Kemensos RI (2012-2024) DITAJENAD TNI AD (2024-Sekarang)

IAM THE ORDINARY ONE WHO REALLY WANT TO BE SPECIAL, BERUSAHA MENGUBAH SEMUA LELAH MENJADI LILLLAH AGAR MENJADI BERKAH

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Gaul Vs Bahasa Indonesia

20 Maret 2019   08:39 Diperbarui: 20 Maret 2019   09:12 4282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Fitri Hidayah, M. Pd. (Adm. Database PPKH Kabupaten Kendal, Dinas Sosial Kabupaten Kendal)

Para remaja di Indonesia lebih suka menggunakan bahasa gaul dari pada Bahasa Indonesia. Buktinya, "...lebih dari 87% remaja di Indonesia tidak pernah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kesehariannya." (http://www.kompas-cetak/0902/14/opini/129145.htm). Padahal, bahasa adalah perkataan-perkataan yang dipakai oleh sesuatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah) (Poerwadarminta, 2005:75). 

Bahasa itu sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu, bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa juga mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi suatu negara. Hal ini karena bahasa menunjukkan bangsa, artinya baik buruknya bahasa dan tingkah laku seseorang, menunjukkan tinggi rendahnya martabat bangsa itu (Musyi, 2005:3).

Kalau bahasa menunjukkan bangsa, apa itu artinya orang yang tidak bisa menggunakan bahasa nasional dengan benar itu menjatuhkan bangsa? Padahal ada banyak sekali masalah yang dihadapi oleh seseorang ketika harus berbicara dengan bahasa lisan. 

Mereka harus berpikir dua kali sebelum berbicara, untuk mengetahui bahasa apa yang harus mereka gunakan, menggunakan bahasa formal sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sehingga terkesan kaku atau malah harus menggunakan bahasa "gaul", yang telah dimodifikasi sehingga jauh berbeda dari bahasa nasional kita,  agar tidak dikatakan ketinggalan jaman? Semua itu memang pilihan. 

Bahasa gaul yang telah dimodifikasi itulah yang selama ini menjadi kambing hitam rusaknya Bahasa Indonesia. Namun, alangkah baiknya ketika kita tahu latar belakang penggunaan bahasa gaul itu sendiri sebelum lebih banyak lagi orang yang menyalahkan bahasa gaul sebagai perusak Bahasa Indonesia.

dokpri
dokpri
LATAR BELAKANG BAHASA GAUL

Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Akar dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Kata prokem sendiri merupakan bahasa gaul dari preman (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_gaul_Indonesia). 

Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. 

Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).

Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria) (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_gaul). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999. Sejauh ini arti "gaul " itu sendiri telah mengalami penyempitan makna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata "gaul" adalah pandai menyesuaikan diri, supel, dan pandai berkomunikasi (Poerwadarminta, 2005:246). Sekarang arti gaul hanya untuk mereka yang bisa berbahasa ABG yang tidak banyak dimengerti orang pada umumnya dan golongan "tua", juga untuk mereka yang suka nongkrong, banyak teman, dan berpakaian mengikuti fashion trend terbaru, misalnya, ada seorang gadis SMA berkata pada teman-temannya, "Aduh bo, ada bronis lewat tuch, cakep amir". Orang yang belum paham arti bahasa yang mereka gunakan mungkin akan mengira bahwa ada tukang brownies (kue coklat) yang lewat, padahal artinya jauh berbeda.

Di Indonesia, bahasa gaul mengalami  perkembangan yang sangat pesat. Ada beberapa periode dari perkembangan bahasa gaul ini. Sejak jaman penjajahan Belanda, misalnya, golongan terpelajar mengombinasikan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Belanda. Kemudian bangsa China masuk untuk berdagang di Indonesia, secara tidak langsung bahasa ini telah ikut mewarnai bahasa dan cara berkomunikasi masyarakat Indonesia, misalnya, "Lo cepek-nopek gue beranilah..." (kalau seratus-dua ratus saya berani). Pedagang sendiri juga menggunakannya sebagai kode harga barang yang mereka bicarakan dengan sesama pedagang agar pelanggan tidak mengetahuinya.  Bukan hanya dari bangsa lain, tetapi bahasa gaul juga terbentuk dari Bahasa Indonesia itu sendiri, misalnya dengan menggunakan partikel lah, deh, dong,  " yaiyalah..,  masa' gitu aja lu kagak tau si? Gimana gue dong?" Bahkan, akhir-akhir ini diprediksi bahwa bahasa gaul selanjutnya adalah Bahasa Indonesia yang dikombinasikan dengan Bahasa Arab, contohnya, "Afwan, ane telat" (maaf, saya terlambat). Hal ini tentu saja dikarenakan banyak sekali film yang bergenre Islam meledak di pasaran (Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lain-lain).

dokpri
dokpri
Sejalan dengan perkembangan gaul dalam  segi bahasa, muncul juga karya sastra "gaul"  ditengah-tengah kita. Karya Sastra ini bisa disebut dengan teenlit. Teenager literature, yang berarti karya sastra untuk remaja karena cerita yang dikisahkan adalah masalah-masalah remaja pada umumnya. Ada Fairish, CintaPucino, Brownies, dan masih masih banyak lagi judul dengan pengarang yang kebanyakan masih remaja.

BAHASA GAUL BUKAN PERUSAK BAHASA INDONESIA

Yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah, apakah benar bahasa gaul bisa menjadi "ancaman" rusaknya Bahasa Indonesia?

Sebenarnya, berkembangnya bahasa gaul di Indonesia akan memberi semarak dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Hal ini karena perbincangan akan lebih hidup dan berwarna-warni dengan menggunakan bahasa gaul. Bahkan, banyak yang memprediksi akan bermunculan lebih banyak lagi bahasa gaul pada generasi berikutnya.

Banyak orang yang mengatakan, bahasa gaul itu sah-sah saja digunakan asalkan dengan penggunaan dalam situasi yang tepat. Seandainya dilogika, hal itu memang benar, tidak mungkin suatu komunikasi dalam sekelompok remaja dalam berbincang-bincang itu akan terasa hidup dan menarik jika menggunakan Bahasa Indonesia dengan ejaan yang disempurnakan. 

Hal ini berbanding terbalik dengan komunikasi antara guru dan murid ataupun mahasiswa dengan dosennya. Itupun masih dibedakan lagi sedang berada dimana mereka dan dalam kondisi apa, sedang mengikuti kuliah atau bertemu dijalan. 

Jadi, bahasa gaul bukanlah bahasa perusak. Posisi bahasa gaul sebenarnya sama dengan bahasa daerah, yaitu memperkaya khasanah dan keanekaragaman bangsa. Hanya saja, pengguna bahasa gaul harus dapat memposisikan diri, kapan mereka harus memakai bahasa gaul, kapan mereka harus terus membudayakan Bahasa Indonesia.

Biasanya bahasa gaul akan mengalami masa "pasang-surut", tiap generasi memiliki selera dan dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara serius sebagai sebuah ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat sementara, datang dan pergi dan selalu akan begitu. 

Bahasa gaul hanya digunakan sebagai bahasa komunitas kaum muda usia yang mencoba membangun solidaritas dan bertahan ditengah-tengah jaman yang semakin cepat berlari. Oleh karena itu, tidak sepantasnyalah bahasa gaul di-kambing hitamkan sebagai perusak Bahasa Indonesia. 

Terlepas merusak bahasa baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (gaul) semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia harus mampu membedakan antara yang baku dan yang berkembang. Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan benar. Kalau bukan kita, orang-orang Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia, lantas siapa lagi?

SIMPULAN

Dari penjelasan-penjelasan di atas, apa yang dapat kita ambil? Setidaknya ada 2 (dua) simpulan,

Pertama, bahasa gaul awalnya adalah bahasa prokem yang sering dipakai oleh para preman dan pedagang agar apa yang mereka bicarakan tidak dimengerti oleh orang lain. Namun seiring perkembangan jaman, bahasa gaul telah beralih fungsi sebagai bahasa yang sering dipakai oleh para remaja agar tidak dianggap ketinggalan jaman.

Kedua, bahasa gaul tidak merusak Bahasa Indonesia. Bahasa gaul justru menambah keanekaragaman bahasa di Indonesia.

Dari penjabaran dan simpulan yang telah penulis sampaikan, ada 3 (tiga) saran yang dapat penulis berikan,

1) Bahasa gaul boleh digunakan dalam berkomunikasi dengan komunitasnya, tetapi pengguna bahasa gaul harus tetap membudayakan pemakaian Bahasa Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitasnya,

2) Hendaknya, bahasa gaul tidak dipakai saat sedang mengahadiri acara formal, karena pemakaian bahasa itu sendiri harus memperhatikan situasi dan kondisi,

3) Bahasa Indonesia akan tetap menjadi bahasa nasional yang paling dibanggakan oleh seluruh rakyatnya apabila orang-orang Indonesia bersedia membudayakan pemakaian Bahasa Indonesia itu sendiri.

SUMBER RUJUKAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun