Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penggunaan Istilah Pandemi Mesti Hati-hati

9 Januari 2025   16:02 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:38 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan istilah pandemi untuk menyebut kemunculan penyakit mesti hati-hati, baik dalam penulisan pemberitaan maupun berkomentar di media sosial. (Image by Freepik)

Ada pula komentar warganet yang mencuit 'demam, batuk, flu, jangan-jangan COVID-19, kalau enggak ya hMPV.' Komentar asal diagnosis ini dapat membuat seseorang semakin cemas, sebaiknya jika ingin memastikan penyakit yang dialami dapat memeriksakan diri ke dokter.  

Bahkan beredar klaim hoaks yang menarasikan, hMPV adalah virus sintetis yang dibuat di laboratorium. 

Kenali dulu patogen, cari tahu epidemiologi penyakitnya

Dalam menyampaikan informasi pemberitaan penyakit yang mewabah atau virus dan bakteri baru kepada publik, kita harus memahami terlebih dahulu keduanya. Kenali patogen dan cari tahu lebih banyak epidemiologi penyakitnya.

Epidemiologi penyakit meliputi sejauh apa penyebaran, penularan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Kita bisa mencari informasi lebih detail melalui situs resmi WHO dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Dengan cara tersebut, kita tidak asal menghubungkannya mirip dengan COVID-19 dan menyebut sebagai pandemi.

Mungkin tebersit pertanyaan, "Lho, kan WHO sudah mengeluarkan daftar patogen atau penyakit yang berpotensi pandemi?" Itulah hubungannya dengan pesan kunci yang dimaksud dalam tulisan ini.

Bahwa kita mesti cari tahu lebih banyak informasi dulu mengenai suatu penyakit tertentu yang sedang mewabah, sebelum menyampaikan kepada publik. Misalnya, apakah patogen atau penyakitnya masuk kategori potensi pandemi atau bukan.

Lalu, bagaimana cara tepat menulis wabah penyakit atau penyakit yang kasusnya lagi naik? 

Pertama, kita bisa fokus membahas asal usul patogen dan penyakit, penularan dan penyebarannya. Kedua, respons pemerintah terkait kebijakan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ketiga, penyampaian edukasi soal pencegahan dan pengobatan. 

Satu hal yang patut dipahami adalah yang namanya pandemi itu tidak tahu kapan pasti terjadi. Tentunya, kita semua berharap semoga tidak ada pandemi lain lagi setelah COVID-19.

Kita juga tidak bisa memastikan secara jelas, patogen atau penyakit tertentu yang mungkin menjadi pandemi di masa depan. Yang perlu kita lakukan terhadap segala kemunculan wabah penyakit adalah tetap waspada, carilah informasi dari sumber-sumber valid (situs Kementerian Kesehatan, WHO, CDC) agar tidak termakan hoaks serta jangan lupa PHBS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun