Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penggunaan Istilah Pandemi Mesti Hati-hati

9 Januari 2025   16:02 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:38 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi hMPV yang menghebohkan sekarang, ditegaskan WHO bahwa sampai saat ini tidak dinyatakan deklarasi darurat kesehatan. Penegasan ini disampaikan WHO melalui unggahan video di akun X UN Geneva pada 7 Januari 2025.

Perlu diketahui, status kedaruratan kesehatan global dan pandemi, baik penetapan maupun pencabutan dinyatakan oleh WHO. Pandemi bersifat global, artinya wabah penyakit dalam cakupan menyebar luas di berbagai negara di dunia, bukan hanya untuk satu negara saja.

Sesuai amandemen International Health Regulations (IHR) yang diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia ke-77, keadaan darurat pandemi berarti keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional yang disebabkan oleh penyakit menular. 

Kriteria darurat pandemi di antaranya, memiliki atau berisiko tinggi memiliki, penyebaran geografis yang luas ke dan di dalam beberapa Negara serta menyebabkan atau berisiko tinggi menyebabkan gangguan sosial dan/atau ekonomi yang substansial, termasuk gangguan lalu lintas dan perdagangan internasional.

Kewaspadaan perlu, tapi asal sebut 'pandemi' menimbulkan kekhawatiran berlebih

Setiap penyakit, terlebih lagi penyakit menular yang lagi mewabah, kewaspadaan dan antisipasi perlu dibangun. Masyarakat diingatkan kembali dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun dan pakai masker bila sakit mirip flu atau ketika berhadapan dengan seseorang yang sakit flu.

Di sisi lain, kewaspadaan kerap kali justru dianggap menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan di kalangan publik. Padahal, ditujukan supaya masyarakat semakin aware untuk saling memerhatikan kesehatan.

Bayangkan, apa yang terjadi bila wabah penyakit yang muncul langsung dikomentari dan dikaitkan sebagai 'oh, pandemi baru' atau 'siap-siap kita pandemi lagi?' Hal ini tidak tepat karena tak semua wabah penyakit atau kenaikan kasus penyakit tertentu dinyatakan sebagai darurat kesehatan global maupun pandemi.

Kehati-hatian inilah yang penting. Contohnya pada kasus penyakit hMPV sekarang, komentar menghubungkannya dengan pandemi dan COVID-19 dapat menimbulkan kekhawatiran berlebih.

Bahkan ada warganet yang mencuit 'tiba-tiba ada yang borong handsanitizer, masker dan obat-obatan.' Entah benar atau tidak. 

Timbulkan misinformasi dan asal diagnosis sendiri

Pemberitaan virus hMPV dikaitkan dengan pandemi dan COVID-19 turut memunculkan beberapa narasi misinformasi. Narasi sebagai virus baru dan virus mematikan cukup ramai. 

Hal ini tidaklah benar, sebab virus hMPV sudah lama beredar, bukan virus baru dan tidak mematikan. Meski begitu, kita tetap harus waspada dan mencegah agar tidak terinfeksi dengan penerapan PHBS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun