Aku pun rajin mengirimkan tulisan ke media cetak sepanjang 2012 sampai 2013. Tidak semua tulisan yang aku kirim diterbitkan. Masih banyak kiriman tulisan mahasiswa dari kampus lain yang juga tak kalah bagus.
Setiap kali tulisan dimuat, ada setangkup rasa senang dan bangga. Tulisan aku bisa layak terbit. Terbayang bukan, betapa sulit kiriman tulisan lolos muat. Apalagi banyak juga mungkin yang mengirim tulisan. Kompetisi bisa saja ketat.
Bukan hanya tulisan kegiatan seminar dan diskusi saja, aku pernah mengirim tulisan resensi buku dan dimuat. Hasil tulisan yang dimuat juga berkat membaca buku-buku penulisan populer, seputar pers dan jurnalistik. Rajin meminjam buku ke perpustakaan termasuk kebiasaanku.
Lucu kali ya kalau diingat-ingat, anak jurusan Sastra Jepang meminjam buku soal pers dan jurnalistik. Buku-buku penulisan jurnalistik melengkapi buku penulisan populer yang aku baca.Â
Buku penulisan populer ini kumpulan tulisan mahasiswa fakultasku yang ikut mata kuliah Penulisan Populer Sastra Indonesia.
Melalui buku tersebut, aku berlatih menulis sendiri. Pada waktu itu, aku berniat mengambil mata kuliah Penulisan Populer. Sayangnya, mata kuliah tersebut tidak terbuka atau muncul di bagian sistem pengisian database jurusanku. Padahal, beberapa teman ada yang ikut mata kuliah tersebut.
Lika-liku Menuju Pekerjaan Impian
Setelah lulus kuliah pada 2014, pikiran pekerjaan apa yang bakal diambil jadi tantangan sendiri. Bagiku bukan perkara mudah mendapatkan pekerjaan pertama sebagai lulusan baru. Mungkin beberapa teman lain cukup menebar CV dan apapun itu pekerjaannya ya jalani dulu.
Cara tersebut tidak berlaku buatku. Pertanyaan seperti "Mau pilih profesi apa? Mau kerja apa? Cari-cari aja dulu dan coba melamar, enggak usah banyak pilih kerjaan. Yang penting dapat pengalaman."
Ada juga yang bilang, "Lulusan Sastra Jepang ya bisa melamar ke kedubes, bank Jepang, editor, penerjemah juga."
Sayangnya, aku tidak berminat profesi yang berhubungan dengan Jepang. Terlebih lagi nilai bahasa Jepangku pas-pasan. Ya, pas yang penting lulus.Â
Lain cerita dengan nasib teman-temanku sejurusan. Kemampuan bahasa Jepang mereka yang mumpuni berhasil membuat mereka bekerja di berbagai perusahaan Jepang dan tinggal di Jepang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!