"Penilaian manusia itu bisa saja tidak  adil dan subjektif. Tapi hanya penilaian Allah SWT yang adil."
Saya percaya, suatu saat nanti penilaian Allah SWT terbukti lebih indah. Anda bisa saja tidak percaya: sakit hati akibat perkataan orang lain. kesal, marah, dan sebal atas perbuatan buruk orang lain ke diri Anda.
Anda cukup diam dan lihat apa yang akan terjadi kelak. tidak sekarang, tapi nanti pada waktu yang tepat.
Tetap Tersenyum
Ini kunci yang paling saya suka dan penuh tantangan. senyum. Satu kata cantik, mudah diucapkan, tapi kerap sulit dilakukan. Seringkali saya perhatikan orang lain bila tidak suka dengan seseorang  atau tersinggung dengan orang yang bersangkutan, ekspresi tidak mengenakkan dan jutek pasti menghiasi wajah.
Di antara Anda sekalian pasti ada yang tidak mampu menyembunyikan rasa tidak suka dengan orang lain. Penilaian yang sederhana, tak ada satu pun senyum tersungging saat bertemu atau berpapasan dengan orang yang bersangkutan.
Kalau saya lebih memilih tetap tersenyum. Meskipun ada rasa tidak enak atau kegalauan hati akibat tingkah laku orang lain. suka atau tidak suka, senyum harus tetap ada.
Bermuka muka? Bukan. Menurut saya, senyum itu termasuk obat penawar jitu. Perlahan-lahan diri memaklumi orang lain. Hal ini membuktikan kuatnya mental.
Jangan Iri, Puji Diri Sendiri
Kadang saya iri dengan orang lain, entah dari cara kerja atau sesuatu yang lain (yang tidak saya miliki). setelah dipikir-pikir, untuk apa iri. Penyakit hati yang bisa berbahaya bagi jiwa bila menumpuk terus-menerus.
Anda mungkin pernah merasakan hal serupa. kini, saatnya hati untuk membuang rasa iri. Toh rezeki masing-masing tidak akan tertukar. Banyak jalan menuju roma, banyak jalan pula menuju hal yang diri ini cita-citakan (bukan dengan iri).