Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Lebih banyak menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

6 Kunci Tingkatkan Kualitas Pribadi Usai Libur Lebaran

12 Juli 2016   14:40 Diperbarui: 12 Juli 2016   14:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Penilaian manusia itu bisa saja tidak  adil dan subjektif. Tapi hanya penilaian Allah SWT yang adil."

Saya percaya, suatu saat nanti penilaian Allah SWT terbukti lebih indah. Anda bisa saja tidak percaya: sakit hati akibat perkataan orang lain. kesal, marah, dan sebal atas perbuatan buruk orang lain ke diri Anda.

Anda cukup diam dan lihat apa yang akan terjadi kelak. tidak sekarang, tapi nanti pada waktu yang tepat.

Tetap Tersenyum

Ini kunci yang paling saya suka dan penuh tantangan. senyum. Satu kata cantik, mudah diucapkan, tapi kerap sulit dilakukan. Seringkali saya perhatikan orang lain bila tidak suka dengan seseorang  atau tersinggung dengan orang yang bersangkutan, ekspresi tidak mengenakkan dan jutek pasti menghiasi wajah.

Di antara Anda sekalian pasti ada yang tidak mampu menyembunyikan rasa tidak suka dengan orang lain. Penilaian yang sederhana, tak ada satu pun senyum tersungging saat bertemu atau berpapasan dengan orang yang bersangkutan.

Kalau saya lebih memilih tetap tersenyum. Meskipun ada rasa tidak enak atau kegalauan hati akibat tingkah laku orang lain. suka atau tidak suka, senyum harus tetap ada.

Bermuka muka? Bukan. Menurut saya, senyum itu termasuk obat penawar jitu. Perlahan-lahan diri memaklumi orang lain. Hal ini membuktikan kuatnya mental.

Jangan Iri, Puji Diri Sendiri

Kadang saya iri dengan orang lain, entah dari cara kerja atau sesuatu yang lain (yang tidak saya miliki). setelah dipikir-pikir, untuk apa iri. Penyakit hati yang bisa berbahaya bagi jiwa bila menumpuk terus-menerus.

Anda mungkin pernah merasakan hal serupa. kini, saatnya hati untuk membuang rasa iri. Toh rezeki masing-masing tidak akan tertukar. Banyak jalan menuju roma, banyak jalan pula menuju hal yang diri ini cita-citakan (bukan dengan iri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun