“Kalau mau piknik di tempat lain aja kali. Jangan di rumah aku. Bikin berantakan rumah. Silaturahim boleh, tapi masa iya, bawa satu keluarga kayak piknik. Nggak kenal semua. Keluarga bukan, saudara bukan…”
Sebuah status salah satu teman saya di jejaring sosial membuat tergelitik ditanggapi. Dari unek-unek, saya menangkap kesan teman saya sedikit ‘ngedumel’ alias menggerutu kesal dan sebal sendiri terhadap tamu yang datang ke rumahnya.
Repot tidak repot
Tamu yang datang mungkin tetangga atau kenalan. Saya atau Anda mungkin pernah merasakan betapa merepotkannya tamu yang datang, terlebih lagi membawa jumlah orang yang cukup banyak.
Sebelum terusik dengan tamu, pernahkah berpikir, kalau kita bertamu ke rumah orang lain mungkin kita bisa saja dianggap merepotkan si empunya rumah. Entah kita bertamu sendiri atau beramai-ramai.
Anggapan repot atau tidak tergantung pandangan kita masing-masing. Toh, tamu yang datang kan jarang bertemu atau lama tak bersua. Namun, hal penting lainnya dalam bertamu, kita seringkali berkata, “Jangan repot-repot” kepada si empu rumah.
Ucapan yang sopan. Kita bertamu sebaiknya tidak terlalu memberatkan si empunya rumah, sekadar minum saja cukup melepas lelah. Suguhan seperti camilan atau makanan memang kerap dipikirkan oleh si empu rumah.
Mungkin alasan itulah yang membuat teman saya ngedumel. Pertama, jumlah tamu yang ‘terlalu banyak’ sehingga suguhan minuman dan makanan menjadi cukup merepotkan dan terkesan membuat suasana berantakan.
Kedua, situasi yang tercipta justru lebih ramai. Tak dimungkiri, situasi yang tercipta bisa membuat terganggu ketenangan dan kenyamanan menikmati hari libur di rumah.
Konfirmasi kedatangan
Saya tidak tahu apakah teman saya mengkonfirmasi kehadiran tamu yang berkunjung ke rumahnya. Pertanyaan, “Datang sama siapa? Bawa siapa saja nanti ke rumah?” menjadi umum ditanyakan.
Hal tersebut demi mempersiapkan segala jamuan untuk tamu, jumlah minuman, camilan, sampai makanan. Bagi si empu rumah, menjamu tamu sebaik-baiknya dilakukan semaksimal mungkin.
Bila jumlah kehadiran tamu tidak dikonfirmasi, maka bisa saja terjadi ‘kejutan’ seperti yang dirasakan teman saya. Persiapan mental menyambut tamu yang semestinya penuh senyuman berganti ‘ngedumel’ dan muka tak menyenangkan.
Adakalanya, tamu tiba-tiba tanpa kabar datang ke rumah. Sekadar lewat depan rumah atau ingin memberi kejutan kepada si empu rumah. Itu pun tergantung tamunya, apakah ia sendiri atau membawa serta keluarga.
Tetap sambut baik
Berapapun jumlah tamu yang hadir, kita sebaiknya menyambut dengan ikhlas. Jika Anda bertamu ke rumah orang lain, tentunya Anda beserta keluarga ingin disambut baik oleh si empu rumah.
Hindari pula anggapan tamu membuat Anda repot dan berantakan rumah. Anda juga harus memahami waktu kunjungan tamu. Hari libur weekend biasa dimanfaatkan orang untuk berkumpul keluarga dan bersilahturahim dengan kerabat dan kenalan.
Kehadiran tamu membawa keluarga bisa diartikan sekiranya mengajak jalan-jalan sekaligus silahturahim. Tak bisa dipersalahkan, si tamu membawa keluarga. Perkara suasana silahturahim jadi ramai, kita harus siap sedia menerima.
Jakarta, 16 November 2015
---
Ilustrasi: Telegraph.co.uk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H