Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health; Antimicrobial resistance in human health; Avian and other zoonotic influenza; Influenza prevention and control; Infodemic Management; Environment, climate change and health by WHO. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Re: "Pelacur Lesbian, Guru Kehidupan"

15 Mei 2014   18:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kita dihadapkan pada sisi lain seorang Re:, pelacur lesbian yang berjuang demi lolos membayar segala utang serta kebahagiaan anak perempuannya. Pesan moral yang ditunjukkan termasuk jangan terlalu mudah menilai orang lain. Seorang ibu yang menawari Re: bermalam di rumahnya justru menjerumuskannya kedalam dunia pelacuran.

Awal bertemu orang lain bisa terkesan baik, tapi di balik ekspresi dan perilaku baiknya ada maksud tersembunyi. Mau tidak mau Re: harus membayar utang-utangnya dengan melacurkan diri. Jika tidak, mungkin saat itu juga nyawa Re: melayang sebelum bertemu dengan Maman.

Penulisan novel

Menilik novel Re: sungguh tidak lengkap tanpa perjuangan Maman menyelami dunia pelacuran. Narasumber Maman sebanyak 15 orang, yang notabene pelacur semua, 13 orang di antaranya harus meregang nyawa di depan mata. Perut mereka dicutter oleh germo-germonya. Keberanian Maman pada waktu itu yang masih berstatus mahasiswa.


Penulisan dalam bentuk novel pada 2012-2013, tapi Maman tidak puas sehingga ia kembali menelisik kehidupan malam untuk bertemu sindikat pelacuran lesbian, khususnya sindikat pelacuran di Indonesia yang merenggut “kehormatan” anak-anak perempuan.

Talkshow novel Re: serasa membuat para pengunjung TB Gramedia Depok terpikat akan sosok Re:. Setiap penuturan Maman disimak antusias pengunjung, pertanyaan yang mencuat lebih banyak soal pertemuan Maman dengan Re: juga tantangan Maman di lapangan mengumpulkan data-data.

[caption id="attachment_323753" align="aligncenter" width="640" caption="Para pengunjung TB Gramedia Depok antusias menyimak Talkshow novel Re: (Dok: Pribadi)"]

1400125979258287587
1400125979258287587
[/caption]

[caption id="attachment_323756" align="aligncenter" width="640" caption="Sesi Book Signing, antrean tanda tangan berjalan lancar (Dok: Pribadi)"]

1400126108737376412
1400126108737376412
[/caption]

[caption id="attachment_323758" align="aligncenter" width="640" caption="Usai Book Signing bisa langsung foto bareng Maman Suherman, sang penulis Re: (Dok: Pribadi)"]

14001262261185797190
14001262261185797190
[/caption]

Tentang Re:, jangan lihat kegiatan Re: melacurnya, tapi perjalanan kehidupan Re: membuka pengalaman jatuh-bangun, gelap-terangnya hidup. Tidak ada kerelaan ikhlas lahir-batin menjadi pelacur bahkan para pelacur pun berharap bagaimana caranya berhenti menjadi pelacur.

Sekali lagi kutipan Maman:


“Re: mungkin di mata kita cuma seorang pelacur lesbian, tapi buat saya, dia adalah guru kehidupan saya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun