Kita dihadapkan pada sisi lain seorang Re:, pelacur lesbian yang berjuang demi lolos membayar segala utang serta kebahagiaan anak perempuannya. Pesan moral yang ditunjukkan termasuk jangan terlalu mudah menilai orang lain. Seorang ibu yang menawari Re: bermalam di rumahnya justru menjerumuskannya kedalam dunia pelacuran.
Awal bertemu orang lain bisa terkesan baik, tapi di balik ekspresi dan perilaku baiknya ada maksud tersembunyi. Mau tidak mau Re: harus membayar utang-utangnya dengan melacurkan diri. Jika tidak, mungkin saat itu juga nyawa Re: melayang sebelum bertemu dengan Maman.
Penulisan novel
Menilik novel Re: sungguh tidak lengkap tanpa perjuangan Maman menyelami dunia pelacuran. Narasumber Maman sebanyak 15 orang, yang notabene pelacur semua, 13 orang di antaranya harus meregang nyawa di depan mata. Perut mereka dicutter oleh germo-germonya. Keberanian Maman pada waktu itu yang masih berstatus mahasiswa.
Penulisan dalam bentuk novel pada 2012-2013, tapi Maman tidak puas sehingga ia kembali menelisik kehidupan malam untuk bertemu sindikat pelacuran lesbian, khususnya sindikat pelacuran di Indonesia yang merenggut “kehormatan” anak-anak perempuan.
Talkshow novel Re: serasa membuat para pengunjung TB Gramedia Depok terpikat akan sosok Re:. Setiap penuturan Maman disimak antusias pengunjung, pertanyaan yang mencuat lebih banyak soal pertemuan Maman dengan Re: juga tantangan Maman di lapangan mengumpulkan data-data.
[caption id="attachment_323753" align="aligncenter" width="640" caption="Para pengunjung TB Gramedia Depok antusias menyimak Talkshow novel Re: (Dok: Pribadi)"]
[caption id="attachment_323756" align="aligncenter" width="640" caption="Sesi Book Signing, antrean tanda tangan berjalan lancar (Dok: Pribadi)"]
[caption id="attachment_323758" align="aligncenter" width="640" caption="Usai Book Signing bisa langsung foto bareng Maman Suherman, sang penulis Re: (Dok: Pribadi)"]
Tentang Re:, jangan lihat kegiatan Re: melacurnya, tapi perjalanan kehidupan Re: membuka pengalaman jatuh-bangun, gelap-terangnya hidup. Tidak ada kerelaan ikhlas lahir-batin menjadi pelacur bahkan para pelacur pun berharap bagaimana caranya berhenti menjadi pelacur.
Sekali lagi kutipan Maman:
“Re: mungkin di mata kita cuma seorang pelacur lesbian, tapi buat saya, dia adalah guru kehidupan saya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H