Mohon tunggu...
Fitri Danu Ayustina
Fitri Danu Ayustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi menuju semester akhir

I do apologize, I tried my best...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Penggunaan Dating App di Era Pandemi Covid-19 dan Budaya Hook Up

6 Juli 2021   10:56 Diperbarui: 6 Juli 2021   11:21 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kini kita sedang menghadapi krisis karena pandemi Covid-19. Penyebarannya yang cepat dan gejalanya yang sama dengan berbagai penyakit seperti flu, batuk dan demam, juga penularannya yang tergolong mudah karena melalui droplets membuat pemerintah mau tidak mau membuat kebijakan sebagai sebuah upaya penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) untuk menekan kasus yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Semua orang terpaksa melakukan segala kegiatan dari rumah karena pembatasan massa dan kontak fisik antar individual, karena nya, aplikasi kencan atau dating app kini naik pamor di tengah pandemi. Tak bisa kita pungkiri bahwa memang globalisasi membawa dampak yang cukup banyak di dalam berbagai bidang kehidupan, perkembangan industri contohnya, masuk dengan cepat ke berbagai belahan dunia tak terkecuali Indonesia. 

Munculnya banyak platform digital menjadi salah satu bukti juga betapa globalisasi akhirnya memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan interaksi walaupun terhalang oleh pandemi Covid-19. Aplikasi seperti Tinder, Bumble dan OkCupid menunjukkan peningkatan penggunaan dan juga percakapan yang signifikan selama pandemi Covid-19 melanda.

Penggunaan aplikasi daring memang melonjak sebesar 116% selama pandemi melanda, tentu merupakan angka penggunaan yang besar. Aplikasi Bumble mengalami kenaikan sebesar 93%, Dating.com sebesar 82%, Hinge sebesar 70%, dan tentu aplikasi yang populer di kalangan anak muda yakni Tinder yang mengalami kenaikan sebesar 61%. 

Kenaikan jumlah pengguna menjadi sesuatu yang masif, menjadikan aplikasi kencan ini menjadi sebuah budaya populer, baik di luar maupun di dalam negeri. Bisa dikatakan sebagai sebuah budaya populer karena McDonald (1957:59) mendefinisikan budaya populer sebagai sebuah bentuk kekuatan dinamis yang menghancurkan batasan-batasan kuno dan juga tradisi yang ada.

Sebelum dating app ini ramai digunakan, orang-orang biasanya mencari pasangan lewat relasi, cara yang sangat konvensional. Jaringan pertemanan dianggap merupakan sebuah kunci untuk mencari pasangan. 

Namun setelah memasuki era yang lebih modern, dating app menjadi pilihan untuk mencari pasangan karena dianggap lebih cepat, sederhana, efisien dan praktis, dan memiliki kelebihan di tengah pandemi ini adalah melampaui keterbatasan untuk melakukan kontak fisik. Cukup hanya menyentuh layar ponsel yang menyambungkan kepada jaringan internet.

Berbicara tentang aplikasi kencan online juga kita dapat menemukan fenomena lain di dalamnya yakni budaya 'hook up'. Beberapa orang mungkin memang menggunakannya sebagai tempat untuk mencari pasangan, atau beberapa hanya mencari teman untuk diajak bercengkrama menghilangkan kebosanan. Namun, penggunaan aplikasi kencan online tidak selalu berjalan dengan semestinya. Beberapa menggunakan aplikasi kencan online ini untuk kebutuhan lain, yakni berhubungan seksual atau biasa juga kita sebut dengan hook up. 

Budaya hook up ini sebenarnya agak tabu jika dibahas di Indonesia karena dianggap bertentangan dengan norma adat ketimuran dan juga norma agama. Kultur ini seperti yang kita tahu berkembang di negara Barat, karena hubungan seks bebas adalah sesuatu yang bisa dikatakan lumrah disana. 

Pencarian partner aktivitas seksual atau hook up juga awalnya dilakukan melalui relasi, atau orang yang tidak sengaja ditemui baik dalam sebuah pesta maupun saat pergi ke kelab malam. Namun, seiring dengan globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi digital, aplikasi kencan online akhirnya dinilai lebih efektif dan efisien digunakan untuk mencari partner seksual. 

Apalagi dengan aplikasi seperti Tinder yang bisa melihat profil dari si pengguna dengan kriteria-kriteria tertentu, apalagi jika di dalam bio nya sudah tercantum tujuan untuk hook up, hanya tinggal geser ke kiri (swipe left) jika merasa tidak compatible dan geser ke kanan (swipe right) apabila dirasa menarik, jika orang yang kita incar juga swipe right maka berlanjutlah ke percakapan dan persetujuan di antara kedua belah pihak.

Budaya hook up ini cukup populer di antara anak muda, apalagi bagi mereka yang belum siap untuk melakukan sebuah komitmen dan berusaha untuk memenuhi hasrat seksual mereka. Mereka akhirnya melakukan apa yang disebut One Night Stand untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

 Namun, kembali lagi, konsep hook up jika dibawa ke Indonesia menjadi tabu karena masyarakatnya memegang ikatan norma yang kuat. Bahkan pelakunya bisa saja mendapat sanksi sosial. Budaya hook up memang sudah tersebar ke segala penjuru dunia, dengan aplikasi kencan yang turut berperan dalam menyebarkan budaya ini.

Pesatnya era globalisasi dan semakin mudahnya akses teknologi digital memang membuat aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Contoh yang kita ambil di atas yakni platform aplikasi kencan yang dinilai efisien dan efektif memudahkan kita untuk mencari pasangan. Namun, kita juga harus bijaksana dalam menggunakannya. Budaya hook up yang menjadi sebuah fenomena yang bisa dikatakan populer, namun faktanya masih banyak pro dan kontra jika dibawa ke Indonesia karena dianggap nilai normanya tidak sesuai dengan norma sosial yang dipegang.

Daftar Pustaka

Giddens, A. 1990. The Consequences Modernity. Standford, Calif. Standford University Press.

Storey, J. (n.d.). Cultural Theory and Popular Culture An Introduction

Freitas, Donna. 2013. The End of Sex: How Hookup Culture is Leaving a Generation Unhappy, Sexually Unfulfilled, and Confused About Intimacy. New York: Basic Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun