Lima belas tahun yang lalu, hari ini, terjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat, dengan rata-rata kecepatan mencapai 140 kilometer per jam, dan tingginya mencapai 918 milibar. Badai ini disebut Badai Katrina, tidak seindah namanya, badai ini termasuk badai tertinggi serta yang paling merusak sepanjang sejarah badai di Amerika.
Negara bagian Louisiana dan Mississippi menjadi penderita terparah. Badai Katrina adalah sebuah siklon tropis besar yang melanda wilayah tenggara Amerika Serikat dan menyebabkan kerusakan lebih dari 200.000 km2 wilayah AS terpengaruh badai ini, diantaranya; Louisiana, Mississippi, Alabama, Florida, dan Georgia.
Pada 29 Agustus 2005, Badai Katrina menghancurkan beberapa wilayah Amerika Serikat, terutama di bagian Selatan dan memporak-porandakan negara bagian Mississippi, Alabama dan Louisiana. Badai itu pertama kali terbentuk pada 24 Agustus, dan terus membesar hingga akhirnya berhenti pada 31 Agustus 2005.
Saat pertama kali terbentuk, Badai Katrina bergerak menuju New Orleans, negara bagian Louisiana, dengan kecepatan angin mencapai 235 kilometer per jam, disertai gelombang yang sangat besar. Seluruh daerah yang dilewatinya porak-poranda, memakan korban jiwa yang cukup banyak. Di New Orleans, tanggul-tanggul tidak mampu menahan desakan air. Kota itu tergenang, lebih 1 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Bencana di New Orleans tidak datang begitu saja tanpa dapat diduga sebelumnya. Tahun 2002, sebuah majalah sains sudah memberitakan kemungkinan terjadinya bencana di New Orleans. Mantan Gubernur New Orleans John Breaux mengatakan, orang sudah tahu sejak dulu, badai sehebat Katrina akan menghancurkan pusat kota. Sejak dulu sudah banyak peringatan yang dikeluarkan, tapi tidak banyak yang didengar. Pemerintahan Bush malah memotong dana pembangunan dan perbaikan tanggul sebanyak 40 persen.
Berikut adalah kronologi badai Katrina dari sebelum badai terjadi hingga badai mulai terjadi, dimulai pada 23 Agustus 2005. Saat itu, depresi tropis terbentuk di sekitar Bahama, di kawasan Karibia. Kemudian esok harinya pada 24 Agustus, statusnya meningkat menjadi badai tropis Katrina dan pada 25 Agustus meningkat kembali statusnya menjadi badai Katrina yang menyebabkan longsor di Florida. Status badai Katrina sempat turun kemudian naik kembali pada 26 Agustus, kemudian negara bagian Louisiana yang pertamakali memberi peringatan akan kemungkinan terjadinya longsor.
Pada hari Sabtu, 27 Agustus, para ahli meteorologi sudah memperingatkan datangnya badai Katrina kategori 4 sampai 5. Ini adalah kategori badai yang terkuat. Keesokan harinya, Minggu 28 Agustus, Presiden Bush sudah mengumumkan situasi darurat untuk Mississippi dan Louisiana. Angin badai mencapai kecepatan 280 km/jam.
Pemerintahan setempat menginstruksikan evakuasi New Orleans dan kawasan sekitarnya. Lebih setengah juta orang meninggalkan kawasan yang terancam badai. Tapi puluhan ribu orang lain, terutama masyarakat miskin, orang yang sakit dan orang lanjut usia tetap tinggal di kota itu.
Hari Senin, 29 Agustus, badai Katrina melanda Mississippi. Kerusakan di daerah pantai sangat parah. Terjadi juga longsor sekitar pukul 6:10 pagi waktu setempat. Pada hari pertama, tanggul masih mampu menahan desakan air. Tapi kesesokan harinya, hari Selasa, tanggul pertama hancur pada pukul 8:14 waktu setempat. Kemudian diikuti tanggul bobol di beberapa tempat. Sebagian besar Kota New Orleans, yang terletak di bawah permukaan air, mulai tenggelam. Korban pertama baru ditemukan sekitar pukul 3 sore. Kerusakan parah juga terlihat di kawasan pantai Alabama. Pemerintah federal kelihatan belum bereaksi.
Wilayah New Orleans mengalami kerusakan yang cukup parah dibandingkan wilayah lainnya karena dilanda banjir hebat akibat dari badai tersebut. Sebanyak lebih dari 50 ribu warga New Orleans dievakuasi ke Stadion Superdome untuk menghindari banjir. Dilaporkan, selama badai berlangsung, banyak terjadi penjarahan toko-toko elektronik dan swalayan di sekitar New Orleans.
Di beberapa tempat, badai merobohkan tiang-tiang listrik sehingga jaringan listrik di sana terputus. Kegelapan menyelimuti lebih dari 1 juta warga di Louisiana, Mississippi, dan Alabama selama beberapa hari. Tidak sampai disitu, Badai Katrina pun diketahui menghancurkan pelabuhan, kilang minyak, saluran pipa minyak, dan berbagai infrastruktur kota.
Baru pada hari Rabu, 31 Agustus, gambar-gambar dramatis ditayangkan dari kawasan bencana, 85% kota terendam banjir. Presiden Bush membatalkan liburannya di Texas dan terbang di atas kawasan banjir. Orang-orang di kawasan itu mulai marah karena bantuan terlalu lambat datang. Situasi di New Orleans semakin tidak terkendali. Aksi kekerasan dan penjarahan meluas, sementara puluhan ribu orang terisolasi di tempat-tempat penampungan pengungsi. Walikota New Orleans hampir putus asa meminta bantuan lewat media.
Hari Jumat, Presiden Bush datang langsung ke kawasan bencana. Konvoi bantuan dengan makanan dan air minum mulai berdatangan. Hari Sabtu dan Minggu, evakuasi korban mulai lancar. Puluhan ribu orang dibawa ke tempat penampungan di negara bagian yang tidak terkena bencana. Presiden Bush menjanjikan pengerahan lebih banyak tentara.
Menteri Keamanan dalam Negeri, Michael Chertoff mengakui, pihaknya tidak siap menghadapi bencana separah ini. Situs The Economist menulis, Katrina telah menguak kelemahan pribadi maupun struktural Pemerintah AS. Juga menyingkap wajah tersembunyi Negeri Paman Sam: pahitnya diskriminasi rasial, pengabaian, perasaan terbuang, kelemahan infrastruktur yang kritis.
Badai Katrina adalah bencana paling merusak dan memakan biaya pemulihan paling mahal dalam sejarah Amerika Serikat. Badai itu menjadi yang paling mematikan sejak tahun 1928, setelah angin topan Okeechobee.
Total kerusakan yang disebabkan oleh Badai Katrina diperkirakan mencapai 81,2 miliar dolar Amerika. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari biaya untuk pemulihan pasca bencana paling mahal sebelumnya, Badai Andrew. Â Sejak April 2006, pemerintah Amerika Serikat telah mencairkan dana sebesar 105 miliar dolar Amerika untuk melakukan perbaikan dan rekonstruksi di beberapa wilayah. Tetapi itu belum mencakup biaya pemulihan ekonomi akibat gangguan distribusi pasokan minyak dan kerusakan infrastruktur.
Badai Katrina menyebabkan produksi minyak mentah AS di Teluk Meksiko juga hampir terhenti seluruhnya, sehingga harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi pada 70 dolar Amerika. Secara tidak langsung, mata uang Indonesia, rupiah, yang sedang berada dalam posisi lemah saat itu, juga sempat makin terpuruk akibat naiknya harga minyak ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H