Mohon tunggu...
Fitriyah
Fitriyah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis adalah cara untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Hati

14 Oktober 2022   13:25 Diperbarui: 14 Oktober 2022   13:29 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kentang goreng di hadapanku sudah layu. Tak panas lagi. Sebagian jumlahnya pun sudah berkurang. Matcha tea di mejaku sudah tandas menyisakan es batu yang mulai mencair. Kulihat orang yang berada tepat di seberang mejaku. Perempuan berjilbab hijau telah kedatangan tamunya. Seorang perempuan belia yang cantik. Sepertinya seorang mahasiswa. Tapi berbeda denganku. Kursi yang berada di depanku masih kosong. Aku masih menunggu tamuku. Belum ada kabar.

Aku ambil ponselku dari saku dan mulai meneleponnya. Tapi tidak terhubung. Ponselnya mati. Berulang kali aku mencoba telepon tapi tetap sama. Kukirim pesan berharap dia segera membukanya. Kulirik jam tanganku. Pukul tiga sore. Setengah jam berlalu dari waktu yang kami sepakati. Lagi-lagi dia terlambat datang. Sementara kafe semakin riuh pengunjung. Ada yang datang bersama rombongan, ada yang hanya berdua dan juga sendiri seperti aku. Sebagian pengunjung sibuk berswafoto. Kafe bernuansa putih ini mengusung desain interior seperti anak jaman sekarang. Bangunan desainnya instragamable dan sejumlah sudut dihiasi dengan tanaman untuk menambah nuansa segar. Tapi aku sedikit pun tak ada niat walau untuk sekedar foto selfie dan mempostingnya di instagram. Aku sedang gelisah.

Ponselku berdering setengah jam kemudian. Sebuah pesan masuk dari Mas Arya,

Maaf, lupa mengabari. Baterai ponselku habis.
Ada kerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan.
Kamu pulang duluan ya.. Maaf.

Kekhawatiranku berubah menjadi kecewa. Aku beranjak dari tempat duduk. Keluar dari kafe. Pulang. Kulihat awan hitam berarak memenuhi langit kota Lamongan. Dan perlahan gerimis turun mengiringi laju motorku di jalan Soewoko.

****

Komputer di meja kerja aku nyalakan kembali. Pulang tepat waktu ternyata hanya menjadi sebuah ekspektasi. Karena realitasnya aku harus mengedit bahan presentasi untuk rapat dengan klien besok pagi. Ada beberapa permintaan tambahan dari klien terkait desain yang aku buat.

Aku mengambil ponsel dari dalam tas. Ponselku mati. Pengecas ponsel tidak ada di dalam tas. Artinya aku lupa bawa pengecas ponsel. Tapi aku membutuhkan pengecas sekarang, aku harus menghubungi Tiana tunanganku. Pasti dia sudah menunggu.
Aku keluar dari kubikel. Sebagian kubikel sudah kosong. Hanya ada lima orang yang masih berkutat dengan komputernya.

Aku menghampiri kubikel tak jauh dari tempatku. Seorang perempuan berjilbab ungu muncul dari balik kubikelnya. Namanya Rani. Seorang pegawai yang baru enam bulan masuk di kantor ini. Seorang market research. Aku sering diskusi bersamanya terkait desain produk.

"Ada apa, Mas Arya?"Tanyanya saat melihatku menghampirinya.

"Kamu bawa pengecas ponsel gak? Aku boleh pinjam?"

"Boleh. Sebentar ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun