"Miss Rania, kan?" tanyanya dengan suara tenang. "Saya sering mendengar tentang keramahan Anda."
Rania terkejut. "Terima kasih, Pak. Tapi dari mana Anda tahu nama saya?"
Adrian hanya tersenyum dan tidak menjawab. Ia mengangkat gelasnya sedikit, memberi isyarat untuk diisi lagi. Sepanjang penerbangan, Adrian tidak berhenti mencuri pandang ke arah Rania, dan hal itu membuatnya waspada. Siapa pria ini? Dan bagaimana ia tahu namanya?
Setibanya di Dubai, Rania mendapatkan pesan di ponselnya yang membuat darahnya berdesir. Pesan itu hanya berisi satu kalimat: "ShadowFlare, kita perlu bicara."
Jejak yang Terbuka
Rania terdiam. Pesan itu dikirim dari nomor tak dikenal, tetapi jelas ditujukan kepadanya. Tak ada banyak orang yang tahu identitasnya sebagai ShadowFlare, apalagi seseorang seperti Adrian. Ia mulai menyusun rencana. Jika Adrian mengetahui sesuatu, ia harus mencari tahu seberapa banyak yang pria itu ketahui.
Di kamar hotelnya malam itu, Rania mengakses sistem yang biasa ia gunakan untuk melacak orang. Ia mulai menggali informasi tentang Adrian, tetapi hasilnya mengejutkan. Adrian ternyata adalah seorang agen rahasia internasional yang sedang menyelidiki kasus pencucian uang besar-besaran. Lebih parah lagi, ia memiliki akses ke beberapa jejak digital ShadowFlare yang Rania pikir telah ia hapus.
Ketukan di pintu kamar hotel membuat Rania tersentak. Ia mematikan laptopnya dengan cepat dan berjalan ke pintu. Ketika ia membukanya, Adrian berdiri di sana dengan senyum tenang.
"Kita perlu bicara sekarang," katanya.
Kepastian yang Samar
Adrian berdiri di ambang pintu dengan ekspresi tenang, namun matanya menyiratkan kewaspadaan. Sementara itu, di balik sikap profesionalnya, Rania merasakan jantungnya berdegup kencang. Pria di depannya jelas bukan sekadar penumpang biasa, dan ia tahu bahwa percakapan ini dapat menentukan banyak hal.