Ketabahan Rangga Meraih Cita-Cita
Di sebuah desa kecil yang terletak di antara kebun-kebun kopi nan hijau, seorang anak bernama Rangga tumbuh dengan cita-cita besar. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Rangga sudah bertekad ingin menjadi seorang dokter. Cita-cita itu tumbuh setelah ia kehilangan nenek tercintanya akibat demam berdarah yang merebak di desanya. Ketiadaan dokter di desa mereka membuat neneknya tidak tertolong. Kenangan itu terus terpatri di hati Rangga, menjadi sumber semangat untuk belajar dengan tekun.
Rangga lahir dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya adalah petani kopi yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun kehidupan mereka serba pas-pasan, orang tua Rangga selalu menanamkan nilai kerja keras dan kejujuran. "Pendidikan adalah jalan keluar dari segala kesulitan," begitu pesan ayahnya yang selalu terngiang di telinganya.
Sejak kecil, Rangga dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin. Ia selalu menjadi juara kelas dan aktif membantu teman-temannya yang kesulitan belajar. Di bangku SMP dan SMA, Rangga tetap mempertahankan prestasinya. Dia belajar siang dan malam, mengorbankan waktu bermainnya demi satu tujuan: menjadi dokter.
Saat kelulusan SMA, kerja keras Rangga berbuah manis. Ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan kuliah di universitas terkemuka di provinsinya. Ini adalah langkah besar menuju mimpinya. Dengan perasaan haru, Rangga meninggalkan desa kecilnya untuk menuntut ilmu di kota.
Di kampus, Rangga bertemu dengan Devinta, seorang gadis cantik berambut panjang dan berlesung pipi. Devinta bukan hanya cerdas, tetapi juga ramah dan penuh semangat. Keduanya memiliki kesamaan: ambisi besar untuk menjadi dokter yang bermanfaat bagi masyarakat. Awalnya, hubungan mereka sebatas persahabatan. Namun, seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh di antara mereka.
Devinta dan Rangga sering belajar bersama, saling memotivasi untuk meraih nilai terbaik. Mereka juga sering berbagi mimpi tentang masa depan yang indah. Tetapi, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Setelah mereka menyelesaikan kuliah dan diwisuda tepat waktu, Devinta mendapatkan tawaran untuk melanjutkan studi spesialis jantung di Jepang. Rangga tahu betapa pentingnya kesempatan itu bagi Devinta, meskipun hatinya berat untuk melepaskan.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk berpisah. Devinta pergi mengejar mimpinya, sementara Rangga kembali ke desanya untuk mengabdi sebagai dokter di rumah sakit daerah. Keputusan itu tidak mudah bagi Rangga. Di tengah kegalauan hatinya, orang tuanya menjodohkannya dengan Herlina, seorang perawat desa yang cantik, alim, dan sangat dihormati di desanya.
Awalnya, Rangga merasa sulit membuka hati. Bayangan Devinta masih kerap menghantuinya. Namun, perlahan, Herlina menunjukkan kesabaran dan ketulusannya. Herlina selalu mendukung Rangga dalam pekerjaannya, bahkan sering terlibat dalam kegiatan kesehatan di desa. Kepribadian Herlina yang penuh kasih membuat Rangga mulai melihat sisi indah dalam hidupnya.
Akhirnya, Rangga memutuskan untuk menerima perjodohan itu. Pernikahan mereka berlangsung dengan penuh kebahagiaan. Herlina menjadi partner hidup yang setia, mendampingi Rangga mengabdi kepada masyarakat. Bersama-sama, mereka bekerja untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di desa mereka, menjadikan cita-cita Rangga sebagai dokter yang bermanfaat benar-benar terwujud.