Saat ditanya mengapa plang kafe ini tidak begitu kelihatan dari jalan, Ivan menjawab bahwa ia sengaja tidak memasang papan nama karena ingin memaksa calon pelanggan untuk berusaha mencari lokasinya melalui Google Maps.
Mengangkat Budaya Lokal dan Literasi di Era Digitalisasi
Tak sekedar mengumpulkan barang antik dan unik di kafe miliknya, Om Ivan mengutarakan bahwa tujuannya mendirikan Kampoeng Gallery adalah untuk mengangkat budaya lokal Indonesia. Benda-benda yang ia kumpulkan dari hasil perjalanannya keliling Indonesia menjadi sarana untuk mengenalkan budaya lokal kepada para pengunjung.
Era digitalisasi dinilai Om Ivan sebagai tantangan yang berat baginya untuk mempertahankan Kampoeng Gallery. Namun di sisi lain, kefenya juga diuntungkan karena bisa viral di sosial media, yang justru dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Selain itu, Om Ivan juga merupakan sosok yang peduli dengan kemajuan literasi di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, kafe nyentrik ini memberikan ruang untuk menaruh buku dan majalah lawas namun layak baca di rak-rak.
Ia juga membuka peluang donasi bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan bukunya, yang nantinya akan ia salurkan kepada yayasan literasi yang ada di beberapa pelosok Indonesia.
Kopi dan Cemilan Kampung Pelengkap Momen Nostalgia
Soal pencahayaan, Kampoeng Gallery punya trik tersendiri yaitu dengan memanfaatkan cahaya alami matahari yang masuk melalui atap berwarna transparan.
Pada bagian kiri dan kanan kafe ini tersedia tempat duduk dan meja bagi para pengunjung untuk berkumpul, bercengkrama, dan atau menikmati kopi dan cemilan kampung. Om Ivan bekerja sama dengan beberapa tenant seperti kopi rumahan, warung kopi hingga kopi barista, angkringan, dan makanan khas Indonesia, sehingga harganya murah meriah.
Kami, para member Kotekasiana, berkesempatan menyaksikan cooking demo yang dilakukan oleh Pinta, istri dari Om Ivan, yang dengan lihai membuat kebab batman, nasi mozarela, dan bakmi kampung.