Mohon tunggu...
fitriapriyani
fitriapriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja harian lepas / phl

Saya sangat suka menulis baik itu romance maupun horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teror di Malam Hari

1 Desember 2024   21:05 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:07 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rita adalah seorang mahasiswa kampus petir. Rita tinggal di sebuah kos-kosan tua di pinggiran kota. Setelah kuliah Rita bekerja paruh waktu di sebuah konter pulsa di dekat kampusnya. Pulang larut malam sudah biasa baginya. Kemampuan beladiri pun sudah di kuasainya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. 

Rita tinggal di kos-kosan sendiri. Penghasilan Rita cukup untuk menghidupi dirinya termasuk keperluan kampus. Orang tua Rita selalu mengirimkan uang namun Rita selalu menolaknya. 

Rita sudah terbiasa mandiri sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Pekerjaan paruh waktu dilakukan ketika pulang sekolah. Rita enggan untuk meminta uang kepada orang tuanya. Rita tidak ingin menjadi beban bagi orang tuanya. 

Rita mengalami gangguan demi gangguan pada saat malam tiba. Rita yang enggan menanggapi karena lelah melakukan segala aktivitas dari pagi hingga malam membuatnya tak acuh dengan keadaaan. 

Rita yang tidak kerasan akan hal yersebut tidak bisa berbuat apa-apa lantaran hanya kosan tersebut yang harganya cukup murah. Rita mengamati satu demi satu penghuni kosan tersebut. Tak jarang Rita pun menanyakan kejadian janggal yang telah di alaminya. 

Rina adalah mahasiswa satu kampus dengan Rita. Rita mengenal Rina pada saat mereka tak sengaja berpapasan pada saat perjalanan pulang. Mereka mengobrol dan seketika menjadi teman dekat. 

Suatu ketika pada pukul dua dini hari di hari Jumat, Rita mendengar suara gemuruh orang bak seperti kerumunan pasar. Sayup-sayup mata Rita terbuka. Ia membuka matanya dan duduk di tepi ranjangnya. Sejenak ia berfikir itu hanyalah sebuah ilusi bagi pendengarannya. 

Rita mencoba memberanikan diri untuk membuka tirai yang menutupi jendela tersebut, namun Rita tak punya keberanian yang kuat untuk membukanya. Kembali Rita mengurungkan niatnya dan beranjak tidur. 

Keesokan harinya, ia menceritakan kejadian tersebut kepada Rina. Berharap menemukan jawaban serupa namun sayangnya Rina justru tak mendengarnya padahal kosan Rina dan Rita berdekatan. Rita yang keheranan akan hal itu menganggapnya hanya masalah sepele. 

Pada hari minggu tanggal sebelas oktober dua ribu dua puluh tiga, kejadian hal aneh lainnya terjadi di kosan Rita. 

Kala itu lampu sedang padam. Suara adzan berkumandang meski terdengar jauh menandakan waktu solat telah tiba. Ratih bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat. Awalnya semua berjalan dengan baik sampai pada saat Ratih melakukan sholat pada rakaat yang kedua melintas sebuah bayangan bertubuh tinggi besar mengitari kosan Rita. Rita terus fokus melakukan ibadah tersebut, karena ia berfikir itu pasti Pak Soleh pemilik kosan tersebut. Setelah ibadah terselesaikan, ia bergegas menuju kosan Rina. 

Tok... Tok... Tok... 

Rina membuka pintu, segera Ratih masuk kedalam kosan Rina. Rina yang kebingungan hanya bisa diam tanpa kata. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepalanya. Ratih yang masih mengenakan mukena gemetar hanya bisa meringkuk di atas ranjang milik Rina. 

Rina menghampiri Ratih dan bertanya kenapa dan apa. Ratih hanya bisa menceritakan kejadian tersebut dengan mata berkaca-kaca. Rina berkata Pak Soleh sedang pergi ke Desa Tanah bersama Anak dan Istrinya, kemungkinan mereka pulang Malam. Mata Ratih membeliak ke arah Rina. Seakan tak percaya ucapan Rina, Ratih hanya mengeleng pelan. 

Tak lama kemudian suara mobil Pak Soleh terdengar. Rina membuka tirai jendela dan melihat kebenarannya. 

" Rita, lihat itu Pak Soleh, ucap Rina. 

Rita menghampiri Rina. Tatapan yang beradu membuat mereka seakan tahu akan kejadian janggal tersebut. Mereka segera beranjak tidur hanya dengan di temani oleh cahaya lilin, lantaran lampu masih juga padam. 

Keesokan harinya mereka menceritakan kejadian tersebut kepada Pak Soleh. Pak soleh menyuruh Rita agar tinggal sementara waktu di kosan Rina, Rita menyetujuinya. Kosan Rita akhirnya di bersihkan. Pada malam hari Pak Soleh menaburkan garam kasar baik di dalam kosan Rita maupun di atap kosan mereka. 

Seketika suara gemuruh langkah kaki berlari terdengar dari dalam bilik kosan. Ratih dan Rina keheranan dan ketakutan. Mereka berdua berlindung di balik selimut dan tanpa henti mengucap lantunan ayat suci. 

Rita sangat ketakutan akan kejadian yang menimpanya. Ia menelpon kedua orangtuanya untuk tinggal di rumah Pamannya saja, mereka pun setuju. Rita berpamitan kepada Pak Soleh beserta istri dan Rina. 

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun