Kelemahan dari teori klasik Comparative Advantage adalah ketidakmampuannya menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam fungsi produksi antara dua negara. Namun, kelebihannya adalah dalam menjelaskan bahwa perdagangan internasional antara dua negara masih mungkin terjadi meskipun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut, asalkan setiap negara memiliki perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau Production Comparative Advantage. Teori ini berusaha untuk melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif antara negara-negara.
Dasar dari teori ini adalah asumsi Labor Theory of Value, yang menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Dalam hal ini, nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
-Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) secara baik menjelaskan beberapa pola perdagangan, di mana negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, perdagangan antarnegara terjadi karena adanya keunggulan komparatif, yang terdiri dari keunggulan dalam teknologi dan faktor produksi.
Dasar dari keunggulan komparatif ini adalah dua hal:
a) Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
b) Faktor intensity, yang melibatkan teknologi yang digunakan dalam proses produksi, apakah itu lebih mengandalkan tenaga kerja (labor intensity) atau modal (capital intensity).
Teori modern Heckscher-Ohlin (H-O) menggunakan dua kurva utama, yakni kurva isocost yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan kurva isoquant yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro, titik optimal akan terjadi saat kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant. Artinya, dengan biaya tertentu, akan diperoleh hasil produksi yang maksimal, atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Salah satu kelemahan dari teori Heckscher-Ohlin (H-O) adalah jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan cenderung sama pula. Akibatnya, perdagangan internasional mungkin tidak akan terjadi karena tidak ada keunggulan komparatif yang cukup besar untuk mendorong spesialisasi produksi dan perdagangan antar negara..
Teori perdagangan internasional modern berkembang ketika ekonom Swedia, Eli Heckscher pada tahun 1919, dan Bertil Ohlin pada tahun 1933, mengusulkan penjelasan terkait perdagangan internasional yang belum tercakup dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum memasuki diskusi tentang teori H-O, penting untuk menggambarkan sedikit kelemahan dari teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori keunggulan komparatif secara umum menjelaskan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja antar negara (faktor produksi yang secara eksplisit disebutkan).
Namun, teori ini tidak memberikan penjelasan yang memadai mengenai akar penyebab dari perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan produktivitas. Menurut teori H-O, perbedaan produktivitas terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi (endowment factors) yang dimiliki oleh masing-masing negara, yang kemudian memengaruhi harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu, teori modern H-O ini sering disebut sebagai Teori Faktor Proporsional.
-Hipotesis Teori H-O
Hipotesis yang timbul dari Teori Heckscher-Ohlin (H-O) meliputi:
Produksi barang yang diekspor oleh setiap negara akan meningkat, sedangkan produksi barang yang diimpor oleh setiap negara akan menurun.
Harga atau biaya produksi suatu barang akan terpengaruh oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara.
Harga tenaga kerja cenderung serupa di kedua negara, begitu pula dengan harga barang A di kedua negara dan demikian pula dengan harga barang B di kedua negara.
Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya akan kapital dengan negara yang kaya akan tenaga kerja (labor).
Setiap negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk produksinya. Akibatnya, negara yang kaya akan kapital akan cenderung mengekspor barang yang membutuhkan banyak kapital, sementara negara yang kaya akan tenaga kerja akan cenderung mengekspor barang yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Keduanya akan mengimpor barang yang membutuhkan faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara masing-masing.
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional, beberapa asumsi yang kurang valid dapat dipertimbangkan:
Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam proses produksi tidak valid. Secara riil, negara-negara sering kali menggunakan teknologi yang berbeda dalam memproduksi barang.
Asumsi persaingan sempurna di semua pasar produk dan faktor produksi menjadi permasalahan. Hal ini dikarenakan sebagian besar perdagangan melibatkan produk-produk industri negara yang memiliki diferensiasi produk dan skala ekonomi yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh model faktor endowment H-O.